"Kami terbuka jika Indonesia ingin kembali menandatangani ulang perjanjian Sukhoi," kata Maxim.
Perjanjian ini sempat berhenti di 2019. Kala itu, perjanjian pembelian Sukhoi Su-35 oleh Indonesia tercantum dalam rangkaian dokumen kontrak yang cukup rumit.
Imbal dagang disebut-sebut menjadi hambatan Rusia dan Indonesia dalam pengiriman Sukhoi. Dalam kontrak pembelian kala itu, Indonesia membayar 50 persen dari total harga 11 unit Sukhoi dengan produk-produk dalam negeri.
"Tapi kami bersedia jika Indonesia memiliki keinginan untuk membeli Sukhoi kami lagi. Perjanjian masih bisa berlaku," sambung Maxim.
Ia menyebutkan, Rusia merupakan salah satu produsen peralatan perang yang patut diperhitungkan dengan harga relatif murah dan teknologi canggih. Pembuatan jet tempur ini, kata Maxim, terus dilakukan setiap harinya.
Rusia telah banyak berinvestasi di sektor pertahanannya dalam beberapa tahun terakhir dan telah menargetkan ekspor ke negara-negara Teluk, di mana mereka telah sangat terlihat di pameran senjata regional.
Namun dorongan pemasarannya ke negara Arab terhambat dengan kuatnya perjanjian Negara Teluk dengan Amerika Serikat terkait pembelian jet tempur ini.
Dengan Undang-Undang Melawan Musuh Amerika Melalui Sanksi (CAATSA) AS menghalangi klien potensial Rusia, hal ini juga dialami oleh Indonesia yang gagal saat akan memberli Sukhoi Su-35 karena ancaman sanksi CAATSA.
Baca juga: Rusia Sebut Tidak Ada Informasi Penolakan Pembelian Sukhoi Su-35 dari Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
