Jakarta: Pengajar Bahasa Jepang, Lussy Novarida Ridwan, mendapat penghargaan atas kontribusinya dalam mempererat dan memperkuat hubungan persahabatan antara Jepang dan Indonesia. Seperti apa upaya yang dilakukan Lussy dalam melakukan pembelajaran Bahasa Jepang?
Sebagai Ketua Asosiasi Guru Bahasa Jepang Indonesia (AGBJI), Lussy berupaya meningkatkan kemampuan guru bahasa Jepang melalui berbagai kegiatan seperti seminar mengenai pendidikan bahasa Jepang, beragam lomba serta pelatihan bahasa Jepang, beliau juga berkontribusi dalam penyebaran bahasa dan budaya Jepang di tingkat pendidikan sekolah menengah yang juga merupakan pembelajar bahasa Jepang terbanyak di Indonesia.
Tetapi tentunya ada tantangan untuk memperluas minat akan Bahasa Jepang di Indonesia.
“Karena kita negara yang bukan negara (menggunakan huruf) Kanji, jadi sementara Bahasa Jepang kan banyak kanjinya ya, dan chance untuk bicara dengan orang Jepang kan tidak banyak. Jadi kayaknya guru bahasa Jepang belum tentu juga bisa mahir dalam Bahasa Jepang. Nah itu tantangan kami, guru bahasa Jepang bagaimana caranya bisa, seperti guru bahasa Inggris mungkin ya, bisa lancar berbicara Bahasa Jepang,” ujar Lussy di Kediaman Kedubes Jepang, Jakarta, Jumat 10 Agustus 2024.
“Kami harus meningkatkan selalu kemampuan kami dalam Bahasa Jepang, dalam mengajar Bahasa Jepang ke anak-anak, apalagi dewasa ini. Banyak sekali yang berminat ya mulai dari mungkin anime, atau budaya Jepang, dari situ kami menarik pelan-pelan agar mereka mempelajari bahasa Jepang,” imbuh Lussy.
Hingga kita tercatat ada 2.000 guru Bahasa Jepang yang berada di seluruh Indonesia. Mereka meluas sampai ke Papua. Sementara siswanya pun beragam, mulai dari SMP hingga ke SMA, SMK hingga mulai bekerja sama dengan Madrasah Aliyah (MA).
Melihat tingkat kesulitan yang tinggi dari Bahasa Jepang, memang diperlukan pembelajaran lebih. Level-level Bahasa Jepang pun dikelompokan dalam N1,N2 dan N3 yang biasa diaplikasi di tingkat universitas.
“Nah, untuk itu guru-guru masih perlu banyak untuk belajar, perlu ikut pelatihan ke Jepang, ya Alhamdulillah difasilitasi oleh Japan Foundation,” sebut Lussy.
Oshin sebagai pemantik
Ada yang menarik dari alasan Lussy untuk belajar Bahasa Jepang. Salah satunya adalah sebuah drama televisi Jepang di era 80-an yang pernah tayang di Indonesia yaitu, Oshin.
“Nah, itu dia kenapa saya memilih (bahasa) Jepang dulu, karena itu kayaknya tertarik dengan Oshin, semangatnya Oshin. Ya bagaimana dia bisa benar-benar menghadapi masa seperti itu, sangat-sangat susah ya untuk dia, untuk bisa effort banget untuk hidup ya. Nah, jadi dengan semangatnya Jepang, jadi kepengen tahu gitu,” ujar Lussy.
Tetapi ketika memilih belajar Bahasa Jepang, Lussy tidak sepenuhnya didukung oleh orangtua. “Jadi saya sempat ditentang sih sama keluarga, ngapain juga ngambil Bahasa Jepang ya,” cerita Lussy.
“Kalau mengingat masa lalu gitu ya, karena masa papa ibu dulu masih zaman yang seperti itu. Tapi saya ingin tahu, saya ingin ke Jepang, dan disitulah dengan kita bisa berbahasa, terutama berbahasa Jepang, kita tahu rahasia dia menjadi negara canggih, padahal pulaunya dia, negara Jepang itu, tidak lebih besar dari Pulau Sumatra ya,” tutur Lussy.
Atas ketertarikan itu, Lussy ingin menggali lebih dalam mengenai bahasa, budaya dan trik-triknya Jepang mendidik anak bisa menjadi anak yang powerful, dalam segala hal, semangat yang tinggi. Pesan seperti ini yang ingin dikembangkan Lussy di Indonesia.
Baca juga: Negeri Sakura Apresiasi Guru yang Tingkatkan Minat Belajar Bahasa Jepang
Cek Berita dan Artikel yang lain di