Tiga perempuan dari latar belakang agama berbeda berdiskusi tentang toleransi. Foto: Medcom.id
Tiga perempuan dari latar belakang agama berbeda berdiskusi tentang toleransi. Foto: Medcom.id

1000 Abrahamic Circles Project

Perempuan Harus Berani Mendobrak Stereotip 

Marcheilla Ariesta • 09 Mei 2024 13:52
Jakarta: Menjadi perempuan, berarti harus siap menghadapi segala stereotip dari masyarakat. Bagaimana perempuan dianggap ‘tidak setara’ menjadi salah satu tantangan saat ini yang dihadapi kaum hawa.
 
Dibutuhkan keberanian untuk menghapuskan stereotip tersebut. Hal ini yang dibahas oleh para anggota Circle 7 1000 Abrahamic Circles Project dalam diskusi ‘Circle 7 Sisters Journey: Empowering Women as Ambassadors of Tolerance’ di American Corner Masjid Istiqlal Jakarta, Rabu, 8 Mei 2024.
 
Salah satu anggota, Ustazah Nurhayati Marman perwakilan Circle Islam dari Indonesia mengatakan, seorang perempuan, harus bisa berpikiran luas dan berani mengatakan tidak pada hal yang bertentangan dengan prinsipnya.

“Perempuan harus memiliki keberanian, kita adalah makhluk yang setara di mata Allah. Jadi menurut saya kita juga bisa mendapatkan hak yang sama,” kata Ustazah Nur.
 
Ia menceritakan bagaimana dirinya keluar dari rasa ketidaknyamanan. “Saya merasa ada yang salah saat itu. Itu bukan Islam yang saya kenal, saya keluar, memutuskan hubungan itu. Kita harus berani,” kata Ustazah Nur.
 
Dalam kesempatan yang sama, Pendeta Juliana Bukiak Temparaja, perwakilan dari Timor Leste mengatakan, keberanian yang kita punya harus berdasarkan kesadaran kita akan inginnya perdamaian tercipta.
 
“Dalam konsep kekristenan, Yesus berkata bagaimana orang harus membawa damai dalam diri mereka. Dan kedamaian itu tidak datang dari luar, tapi dari dalam, dari hati kita. (Damai) harus murni, bukan dibuat,” serunya.
 
Bagi dia, perempuan bukan lagi harus bekerja di belakang dapur. Perempuan bahkan bisa menjadi pemimpin, termasuk pemimpin agama yang mengajarkan perdamaian dunia.
 
Hal yang sama diungkapkan Rabbi Sheryl Nosan, perwakilan Circle Yahudi dari Australia. Menurutnya, perempuan adalah agen perdamaian.
 
“Perempuan memiliki keistimewaan menjadi agen perdamaian yang paling nyata.Salah satu perwujudannya, adalah toleransi,” seru dia.
 
Sudah dilakukan selama enam kali, Circles 7 ini diisi oleh para pemimpin agama perempuan. Ada Ustadzah Nurhayati Marman sebagai perwakilan Circle Islam dari Indonesia, Pendeta Juliana Buikiak Temparaja yang adalah perwakilan Circle Kristen dari Timor Leste, serta Rabbi Sheryl L Nosan, perwakilan Circle Yahudi dari Australia.
 
Ketiganya akan bersama selama tiga pekan di tiga negara berbeda, dengan berbagai kegiatan yang sudah mereka tentukan. Untuk circle ke-7 ini, mengambil tema ‘Sisters Journey’.
 
Medcom.id berkesempatan untuk mengikuti perjalanan mereka dari Jakarta, Dili hingga ke Perth. Circle ke-7 dimulai pada Selasa, 7 Mei 2024.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan