Indonesia dan Turki telah menjalin ikatan persahabatan sejak lama. Pada 2025, kedua negara telah merayakan 75 tahun hubungan diplomatik.
Menlu Retno mengatakan, Indonesia dan Turki harus bekerja lebih keras untuk memberikan manfaat nyata dari kemitraan strategis kedua negara.
"Ke depan, kerja sama kita harus berkontribusi pada kesejahteraan rakyat kita, kesejahteraan dunia, serta umat yang lebih luas," ucap Menlu Retno dalam keterangan pers di Jakarta.
Dalam pertemuan bilateral, Menlu Retno dan Fidan membahas sejumlah topik penting terkait kerja sama bilateral Indonesia-Turki.
Pertama, Indonesia dan Turki merupakan mitra strategis. Oleh karena itu, kedua negara telah membentuk Dewan Strategis Tingkat Tinggi (HLSC) tahun ini.
"Saya menyampaikan undangan tetap dari Presiden Widodo untuk kunjungan bilateral. Kunjungan kenegaraan dapat digunakan untuk mengadakan HLSC pertama, memastikan hasil yang nyata dan berdampak," tutur Menlu Retno.
Kedua, Menlu Retno dan Fidan meninjau perjanjian bilateral strategis yang ditandatangani kedua presiden tahun lalu. Kedua negara berkomitmen terhadap perjanjian tersebut, termasuk seputar percepatan implementasinya.
Ketiga di bidang perdagangan, Indonesia dan Turki menyambut baik pertumbuhan berkelanjutan. Nilai perdagangan bilateral kedua negara telah mencapai hampir USD3 miliar tahun lalu, meningkat 29 persen dari tahun sebelumnya. "Kami berkomitmen untuk mempercepat penyelesaian negosiasi CEPA Indonesia-Turki," sebut Menlu Retno.
Keempat, kerja sama industri dan investasi. Kedua negara menyambut baik kerjasama B-to-B dalam produksi dan distribusi bus listrik; kerja sama gas alam; pembangunan Kompleks Food City di Jalan Tol Gorontalo dan Trans-Sumatra; dan investasi pada industri pengolahan kayu di Sumatra.
Indonesia mengajak sektor swasta Turki untuk mengikutinya dengan menggunakan RI sebagai hub industri untuk pasar Asia Pasifik dan sumber bahan industri.
Selain itu, Menlu Retno dan Fidan juga membahas sejumlah isu regional dan internasional, seperti ASEAN, situasi di Ukraina, Myanmar, Palestina, dan Afghanistan.
Paradigma kolaborasi ASEAN
Setelah pertemuan bilateral, Menlu Retno dan Fidan bergabung dengan Sekjen ASEAN untuk pertemuan trilateral. Dalam hal ini, ASEAN dan Turki akan memanfaatkan posisi strategis untuk mempromosikan paradigma kolaborasi secara global.Menlu Retno menyambut baik dukungan Turki untuk pendekatan inklusif ASEAN di Indo-Pasifik. ASEAN dan Turki akan terus memajukan area kerja sama praktis, seperti dalam melawan terorisme dan ekstremisme kekerasan, transisi energi, sains dan teknologi, serta manajemen bencana.
Indonesia menantikan kerja sama ASEAN dan Turki yang lebih kuat untuk melanjutkan program kerja sama bersama, sejalan dengan Practical Cooperation Areas (PCA) dari mitra dialog sektoral.
Saat ini, Indonesia dan Turki adalah dua negara berkembang terkemuka dengan pengaruh signifikan di kawasan masing-masing. Kedua negara ini juga sama-sama anggota G20, OKI, dan MIKTA, dan juga dua negara dengan populasi muslim terbesar di dunia.
"Kami akan terus bekerja sama dalam memajukan isu-isu kepentingan bersama. Kedua negara kita berbagi posisi berprinsip yang sama. Kami ingin kebebasan untuk Palestina. Kami menginginkan perdamaian di Afghanistan dan menghormati hak-hak perempuan Afghanistan," ucap Menlu Retno.
"Kami juga membahas kemungkinan menjajaki proyek pembangunan bersama antara TIKA dan Indonesian Aid di negara ketiga yang memiliki kepentingan dan penyebab yang sama. Kami akan terus memajukan kemitraan kami dan untuk memastikan bahwa itu benar-benar bermanfaat tidak hanya bagi rakyat kami, tetapi juga dunia di luar perbatasan kami," pungkasnya.
Baca juga: Konsul Kehormatan RI dan KBRI Ankara Bahas Pemajuan Hubungan Indonesia-Turki
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id