Konferensi ini dihadiri oleh lebih dari 9.500 peserta, termasuk diplomat, akademisi, dan tokoh masyarakat dari berbagai negara, menjadikannya sebagai ajang penting dalam merumuskan arah kebijakan luar negeri Indonesia.
Dino membuka pidatonya dengan menyoroti perjalanan panjang diplomasi Indonesia, yang telah menjadi contoh bagi banyak negara berkembang. Ia mengingatkan hadirin tentang momen-momen bersejarah seperti Konferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung yang menjadi tonggak penting dalam memperkenalkan Indonesia sebagai negara yang berkomitmen pada perdamaian dan kerja sama antar bangsa.
Selain itu, Indonesia juga aktif dalam Gerakan Non-Blok dan terus memperkuat posisinya dalam organisasi regional seperti ASEAN, yang menunjukkan dedikasi negara ini terhadap stabilitas global dan kerjasama internasional.
Dalam pidatonya, Dino menekankan pentingnya Indonesia mengoptimalkan posisinya sebagai kekuatan menengah (middle power). Ia menyebut Indonesia sebagai negara dengan potensi besar untuk memainkan peran lebih signifikan dalam membentuk tatanan global.
“Indonesia harus menjadi kekuatan yang membawa solusi, bukan sekadar penonton dalam dinamika internasional,” ujarnya. Hal ini menegaskan bahwa Indonesia memiliki kapasitas untuk menjadi kekuatan yang aktif dalam menangani isu-isu global, bukan hanya merespon perkembangan internasional.
Kerja Sama Asia Selatan dan ASEAN
Dino juga menyoroti pentingnya memperluas hubungan bilateral dengan sejumlah negara besar untuk menghadapi tantangan global. Menurutnya, Amerika Serikat merupakan mitra strategis yang sangat penting, terutama dalam bidang teknologi, keamanan siber, dan pendidikan. Ia mengapresiasi upaya Indonesia untuk memperkuat hubungan dengan AS melalui kerangka kerja Indo-Pacific Economic Framework (IPEF) yang dapat membuka peluang ekonomi dan teknologi bagi kedua negara.Selain itu, Dino mengingatkan perlunya Indonesia untuk menjaga keseimbangan dalam hubungannya dengan Tiongkok, yang merupakan mitra dagang terbesar. Ia mengusulkan agar Indonesia memperluas kerjasama dengan Tiongkok tidak hanya dalam sektor ekonomi, tetapi juga dalam bidang teknologi dan stabilitas kawasan. "Hubungan ini harus lebih dari sekadar ekonomi, kita perlu menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan dalam berbagai sektor," ujar Dino.
Dalam hal hubungan dengan India, Dino menilai negara tersebut sebagai mitra penting dalam memperkuat kerja sama antara Asia Selatan dan ASEAN. Ia juga melihat potensi besar India dalam bidang teknologi hijau dan transformasi digital yang dapat dioptimalkan untuk kepentingan kedua belah pihak.
Sementara itu, hubungan dengan Uni Eropa juga mendapat perhatian Dino, yang menyoroti perlunya menyelesaikan hambatan perdagangan, seperti kebijakan diskriminatif terhadap produk kelapa sawit Indonesia. Ia juga menekankan pentingnya kerjasama dalam bidang energi terbarukan dan perubahan iklim.
Dino juga menyoroti pentingnya memperkuat hubungan dengan negara-negara Afrika, yang menurutnya memiliki potensi besar sebagai kawasan pertumbuhan ekonomi baru. Ia mendorong Indonesia untuk menghidupkan kembali semangat Konferensi Asia-Afrika dengan mempererat hubungan diplomatik dan ekonomi dengan negara-negara di Afrika, yang semakin relevan dalam dinamika geopolitik global.
Stabilitas Dunia yang Berkelanjutan
Dalam hal kerja sama regional, Dino memberikan apresiasi terhadap upaya Indonesia dalam memperjuangkan integrasi Timor-Leste ke dalam ASEAN, sebuah langkah yang mencerminkan komitmen Indonesia untuk memperkuat solidaritas kawasan.Ia menekankan pentingnya Indonesia memimpin ASEAN dalam menghadapi isu-isu lintas batas seperti keamanan maritim, perubahan iklim, dan stabilitas politik. "ASEAN adalah rumah kita, dan dari sini kita harus memulai langkah besar untuk menjaga perdamaian dan kesejahteraan kawasan," ujar Dino.
Di akhir pidatonya, Dino mengajak Indonesia untuk memasuki era baru diplomasi yang ia sebut sebagai alliances of solutions yaitu aliansi berbasis pemecahan masalah global. Ia mendorong Indonesia untuk lebih aktif dalam organisasi internasional seperti PBB dan G20, serta berperan sebagai pemimpin dalam menghadapi tantangan besar seperti perubahan iklim dan ketegangan global.
"Kini saatnya bagi Indonesia untuk membangun masa depan yang lebih cerah, dengan visi yang berani dan langkah yang strategis," tegas Dino.
Konferensi tahunan ini diharapkan dapat menginspirasi generasi muda Indonesia untuk terus berperan dalam membangun diplomasi yang inklusif, progresif, dan dapat menghadapi tantangan global. Dengan diplomasi yang kuat, Indonesia diyakini dapat memainkan peran yang lebih besar dalam menciptakan perdamaian dan stabilitas dunia yang berkelanjutan. (Antariska)
Baca juga: Jawab Tantangan Dino Patti Djalal, Menlu Sugiono Hadir di CIFP 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News