Vatikan: Paus Fransiskus dijadwalkan tiba di Indonesia pada Selasa ini, 3 September 2024, dalam tur Asia yang difokuskan pada misi perdamaian, persatuan, dan kerukunan antaragama. Kunjungan ini menjadi sorotan karena Fransiskus mengunjungi Indonesia, negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia.
Tur Fransiskus ke Asia akan mencakup empat negara selama 12 hari. Perjalanan ini merupakan yang terpanjang dan terjauh di masa kepausan Paus Fransiskus, dengan estimasi mencapai 32.000 kilometer.
Indonesia, dengan 242 juta Muslim, merupakan rumah bagi populasi Katolik yang kecil tetapi signifikan di kisaran delapan juta. Katolik merupakan 1 dari 6 agama yang diakui secara resmi di Indonesia.
Kunjungan Fransiskus ini menyoroti komitmen Indonesia terhadap toleransi beragama, sebuah pesan yang akan lebih ditekankan saat Paus Fransiskus bertemu para pemimpin enam agama di Indonesia.
Kamis mendatang, Paus Fransiskus dijadwalkan bertemu perwakilan enam agama di Masjid Istiqlal, masjid terbesar di Asia Tenggara yang menjadi simbol “hidup berdampingan antaragama”
Pertemuan ini sangat simbolis karena Masjid Istiqlal terhubung dengan Gereja Katedral di dekatnya melalui "terowongan persahabatan," yang melambangkan semangat hidup berdampingan antar umat beragama.
Selama kunjungannya, Fransiskus dan imam besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, akan menandatangani deklarasi bersama yang berfokus pada isu-isu seperti kekerasan, kerusakan lingkungan, dan pentingnya melindungi masyarakat rentan, khususnya perempuan dan anak-anak.
Paus Fransiskus akan berada di Indonesia mulai hari Selasa ini hingga Jumat mendatang, sebelum nantinya bertolak menuju Papua Nugini.
Kerukunan Umat Beragama
Pemerintah RI tengah bersiap menyambut Paus Fransiskus dengan penjagaan ketat. Lebih dari 4.000 petugas penegak hukum akan memastikan keselamatan Fransiskus selama kunjungan tiga harinya. Pemerintah juga telah meluncurkan prangko khusus untuk menghormati dan papan reklame di seluruh kota menyampaikan sambutan hangat kepada Paus.
Kunjungan tersebut telah dipuji sebagai langkah maju yang signifikan bagi hubungan antaragama, baik di Indonesia maupun secara global. Kementerian Agama telah menekankan pentingnya kunjungan ini dalam menunjukkan komitmen Indonesia terhadap kerukunan umat beragama.
Meski Indonesia secara resmi mengakui beragam agama, tantangan tetap ada. Ada laporan tentang meningkatnya diskriminasi terhadap umat Kristen dan kelompok minoritas lainnya.
Umat Katolik setempat berharap Paus Fransiskus akan menanggapi masalah ini, dengan menekankan perlunya toleransi dan pengertian yang lebih besar. Kunjungannya merupakan bagian dari misi yang lebih luas untuk “mempromosikan dialog Islam-Kristen.”
Dalam tema yang telah diserukan dalam kunjungan sebelumnya ke negara-negara mayoritas Muslim seperti Irak, Maroko, dan Turki, Fransiskus ingin menekankan bahwa semua ini bukan hanya tentang komunitas Katolik di Indonesia, tetapi demi mengirim pesan global tentang pentingnya kerukunan antaragama.
Pesan Perdamaian
Selama berada di Indonesia, Paus Fransiskus akan bertemu Presiden Joko Widodo dan berinteraksi dengan pemuda, diplomat, dan pendeta setempat. Salah satu acara puncaknya adalah misa di stadion Gelora Bung Karno (GBK) yang berkapasitas 80.000 tempat duduk, di mana Paus akan bertemu para pemeluk Katolik dan berbagi pesan tentang perdamaian dan persatuan.
Perjalanan ini awalnya dijadwalkan tahun 2020, tetapi ditunda karena pandemi Covid-19. Kunjungan ini terjadi hanya 3 bulan sebelum ulang tahun Fransiskus yang ke-88.
Saat Paus Fransiskus memulai perjalanan ini, ia ditemani dokter dan perawat pribadinya, yang mencerminkan kesehatannya yang rapuh.
Meski usianya sudah lanjut dan baru-baru ini mengalami masalah kesehatan, Fransiskus tetap berkomitmen pada misinya untuk menyebarkan perdamaian dan membina dialog lintas batas agama.
Kunjungan ke Indonesia ini, yang pertama kali dilakukan oleh seorang Paus sejak 1989, menjadi pengingat akan kekuatan iman untuk menjembatani jurang pemisah dan menyatukan orang-orang dalam upaya mewujudkan dunia yang lebih baik dan lebih harmonis. (Nithania Septianingsih)
Baca juga: Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia: Momentum Perkuat Toleransi dan Dialog Antaragama
Cek Berita dan Artikel yang lain di