Dilansir dari Voice of America, krisis ini bahkan dialami oleh dua kota terbesar, yaitu Yangon dan Mandalay. Seorang warga mengantre di sebuah pabrik oksigen selama enam jam lamanya.
"Oksigen lebih langka dari pada uang," kata seorang penduduk Yangon, Soe Win.
Pada masa kekuasaan Suu Kyi, Myanmar melakukan pemberlakuan ketat guna melawan hantaman covid-19. Ia berhasil memanfaatkan vaccine dose sharing dari Tiongkok dan negara posisi kedua kasus covid-19 tertinggi di dunia, India.
Pendiri Kelompok Aksi Sipil Clean Yangon Zeyar Tun menegaskan, selama di bawah kepemimpinan Suu Kyi, pemerintah dan sukarelawan bekerja sama guna mengendalikan covid-19.
"Sulit untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan di bawah kekuasaan militer ini," ujarnya.
Mirisnya, dengan jumlah 5,5 juta penduduk negara, pemerintah Myanmar hanya memiliki 3,5 juta dosis vaksin covid-19. Krisis stok vaksin ini menandakan pemenuhan hanya dapat dilakukan bagi 3,2 persen penduduk Myanmar.
Krisis oksigen pun melonjak tajam, Menteri Investasi dan Perdagangan Luar Negeri Myanmar Aung Naing Oo pun menyatakan telah menghapus semua perizinan untuk impor konsentrator oksigen, yaitu perangkat yang menghasilkan oksigen.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat penularan mencapai 184.375 kasus per Jumat, 9 Juli 2021. Sebanyak 3.685 kasus meninggal akibat covid-19 tengah menimpa negara Mutiara Asia ini.
Kini, pemimpin junta Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing memerintahkan pabrik oksigen untuk memproduksi dengan kapasitas penuh, termasuk mengubah oksigen industri untuk kebutuhan medis. (Nadia Ayu/Voanews.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News