Konferensi 2024 Conference on Indonesia-Japan Partnership ini ditujukan untuk mewadahi forum untuk berdiskusi di antara pejabat pemerintah, pakar, dan akademisi untuk mengeksplorasi arah masa depan hubungan Indonesia-Jepang, khususnya dalam konteks pemerintahan baru RI yang dipimpin oleh Presiden Prabowo serta pemerintahan baru Jepang yang dipimpin oleh Perdana Menteri Ishiba.
Tak hanya itu, pertemuan ini merupakan manifestasi forum dialog yang relevan mengenai bidang kerja sama bilateral antara Indonesia dan Jepang. Setidaknya 500 orang telah menghadiri konferensi bilateral Indonesia-Jepang yang disusun oleh FPCI, baik via tatap muka maupun daring.
Konferensi ini dihadiri beberapa figur ternama seperti, Dyah Roro Esti (Wamendag RI), Dr. Dino Patti Djalal (Pendiri & Ketua FPCI), Amb. Masafumi Ishii (Mantan Dubes Jepang untuk Indonesia), Mr. Hayakawa Yuho (Dirjen Departemen Asia Tenggara & Pasifik, JICA), Dr. Lili Yan Ing (Sekretaris Jenderal IEA), Prof. Tsutomu Kikuchi (Profesor Emeritus, Universitas Aoyama Gakuin), Prof. Dr. Dewi Fortuna Anwar (Peneliti Utama, BRIN) dan masih banyak lagi.
Kerja Sama Indonesia-Jepang
Topik utama konferensi ini adalah stabilitas keamanan dan perekonomian antar kedua negara yang diikuti dengan topik yang spesifik membicarakan:1. Tantangan Keamanan yang dihadapi Indonesia dan Jepang (Peningkatan dialog strategis antara Indonesia dan Jepang, penguatan kerja sama di bidang keamanan [siber, antariksa, keamanan maritim])
2. Penguatan kerja sama Indonesia-Jepang menuju realisasi AOIP dan FOIP (termasuk di Laut China Timur dan Selatan)
3. Kerja sama antara Indonesia dan Jepang (penguatan persatuan dan ketahanan ASEAN, dialog dan kerja sama Indonesia-India-Jepang)
4. Kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Jepang (kerja sama dalam transisi energi dan dekarbonisasi [isu perubahan iklim], penguatan konektivitas, promosi industri hilir [otomotif generasi berikutnya, kerja sama digital], kerjasama infrastruktur)
5. Menciptakan kebebasan, perdamaian, dan kemakmuran di luar kawasan Indo-Pasifik (kerja sama Indonesia-Jepang untuk perdamaian di Timur Tengah, kerjasama ODA Indonesia-Jepang di Afrika)
6. Isu aksesi Indonesia ke dalam OECD.
Dalam pembukaan kata sambutan, Dr. Dino Patti Djalal memberikan pidato sambutan hangat kepada –juga memberikan sedikit konteks mengapa konferensi ini spesial.
“Ini istimewa karena ini adalah akhir tahun dan setelah pelantikan Prabowo-Gibran. Kita merayakan kemitraan strategis komprehensif Indonesia-Jepang. Ini adalah kemitraan strategis karena pemerintahan Presiden Prabowo telah menetapkan target pertumbuhan 8%. Bila Anda melihat komponen pertumbuhan; ada belanja pemerintah, konsumsi, investasi, dan ekspor. Jadi, jika 4 komponen ini naik, maka kita dapat mencapai pertumbuhan 8%. Jepang khususnya relevan pada dua hal, yaitu perdagangan dan investasi,” ucap Dino, dalam sebuah keterangan tertulis FPCI, Selasa, 17 Desember 2024.
“Ada sesuatu yang sangat istimewa dalam hubungan Jepang dengan Indonesia, yaitu adanya rasa saling percaya – kepercayaan strategis dan kepercayaan politik – yang telah dibuktikan oleh survei tahunan FPCI di seluruh ASEAN,” sambungnya.
Mitra Dagang Penting
Dalam pidato pembukaan konferensi ini, Wamendag Dyah Roro menyatakan bahwa Indonesia dan Jepang memiliki persahabatan yang panjang dan kerja sama erat di berbagai bidang. Sebagaimana dikatakan pada keynote speech-nya:1. “Kementerian Perdagangan saat ini fokus pada tiga hal utama: yang pertama adalah bagaimana kita mampu menjaga perekonomian nasional dan perdagangan nasional; bagaimana kita dapat memperluas pasar internasional kita melalui perjanjian perdagangan internasional; bagaimana kita dapat mendorong UKM untuk go global.”
2. “Pada tahun 2023, Jepang merupakan mitra dagang terbesar ketiga Indonesia — baik sebagai negara tujuan ekspor maupun negara sumber impor. Ekspor kita ke Jepang tercatat sekitar USD 20,7 miliar sementara impor dari Jepang mencapai USD 16,5 miliar, sehingga menghasilkan surplus perdagangan sebesar USD 4,2 miliar. Saya yakin bahwa perdagangan bilateral kita akan tetap kuat, arus investasi akan terus berkembang, dan area kolaborasi yang muncul akan membuka peluang yang lebih besar untuk sukses.
3. “Penerapan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Indonesia Jepang (IJEPA) pada tahun 2008 telah memberikan kerangka kerja yang ideal untuk meningkatkan perdagangan dan investasi dua arah. Itu adalah FTA bilateral pertama kita. Kedua negara telah menandatangani protokol yang mengubah hal ini pada 8 Agustus 2024 untuk lebih memperluas akses pasar dan membangun kerangka kerja sama ekonomi yang lebih modern — kami yakin hal ini akan lebih mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan kedua negara. Kami bermaksud untuk mulai berlaku pada tahun 2025.”
Wamendag Dyah Roro optimis bahwa perdagangan bilateral Indonesia-Jepang akan tetap kokoh, investasi terus berkembang, dan kolaborasi di berbagai bidang akan membuka peluang lebih besar untuk kesuksesan bersama.
Konferensi ini tak hanya membicarakan hubungan perekonomian antara Indonesia–Jepang saja. Namun, juga mengulas hubungan keamanan di antara kedua negara. Masafumi Ishii, selaku mantan Dubes Jepang untuk Indonesia mengatakan bahwa Indonesia memiliki peran untuk meningkatkan keamanan kawasan.
Kolaborasi Transformatif
“Hubungan Indonesia-Jepang merupakan kemitraan terpenting di kawasan ini, khususnya bagi Jepang. Bersama-sama kita perlu mendukung persatuan ASEAN. Saya khawatir dengan apa yang terjadi di kawasan ini, dengan bergabungnya Malaysia, Thailand, dan Indonesia ke dalam BRICS. Hal ini dapat menyebabkan terpecahnya persatuan ASEAN. Jika Indonesia ingin bergabung dengan QUAD, kami akan mendukungnya sepenuh hati," tutur Ishii."Namun jika tidak, kami dapat mencoba membuat QUAD versi ASEAN: India, Indonesia, Jepang, dan Australia. Ini akan menjadi lebih penting daripada negara segi empat yang ada saat ini, karena keempat negara ini merupakan titik penghubung jalur komunikasi laut,” sambungnya.
Ia meyakini bahwa Indonesia mampu mengelola tanggung jawab ini secara mandiri. Namun, jika diperlukan, Jepang siap memberikan dukungan untuk bersama-sama menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan.
Dr. Nobuhiro Aizawa, selaku Dean and Managing Director, ERIA School of Government mengadvokasi model kolaborasi transformatif antara Indonesia dan Jepang. Baginya, perlu sebuah pergeseran dari hubungan yang bersifat transaksional yang diubah menjadi co-creation—untuk membuka potensi sumber daya yang belum dimanfaatkan, mendorong inovasi, dan menyelesaikan tantangan sosial di berbagai industri.
“Bila Anda menggunakan konsep lama ‘konektivitas’ — Anda tidak menggunakan konsep ini untuk membangun masyarakat, konsep ini seperti target integrasi ekonomi. Ada banyak kesamaan antara Indonesia dan Jepang: demokrasi, negara kepulauan/maritim, bentuk pemerintahan yang terdesentralisasi. Anda memiliki semua dasar yang membentuk masyarakat kita, yang menjadikan kemitraan yang sangat alami antara Indonesia dan Jepang. Begitulah cara kami menciptakan kata “co-creation,” pungkas Aizawa.
Baca juga: Prabowo Dorong Perusahaan Jepang Berpartisipasi dalam Proyek Great Giant Sea Wall
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News