Hal ini disampaikan mantan Presiden Timor Leste, Xanana Gusmao saat berpidato di webinar 'Politik Luar Negeri Indonesia di Mata Negara Sahabat', Rabu, 31 Agustus 2022.
"Setelah perang selama 24 tahun, negara kami yang mayoritas beragama Katolik tidak memiliki teman baik yang sebaik Indonesia," kata Xanana.
Xanana menuturkan perjuangan Indonesia dan Timor Leste yang sama-sama keluar dari belenggu penjajahan Negeri Barat, yakni Belanda dan Portugis. Timor Leste berhasil keluar dari jajahan Portugis pada 28 November 1975.
Namun baru sembilan hari merdeka, Indonesia menginvasi Timor Leste. Selama 24 tahun, kata Xanana, rakyat Timor Leste akhirnya dapat menentukan nasib mereka sendiri.
Invasi Timor Leste oleh Indonesia terjadi di bawah rezim Soeharto. Krisis ekonomi di Asia dan gerakan reformasi menyebabkan jatuhnya pemerintahan sang jenderal pada 1998.
Setelah Soeharto lengser, kata Xanana, BJ Habibie menggantikannya di kursi kepemimpinan. Xanana memuji Habibie sebagai seorang visioner yang memiliki keberanian dan keyakinan moral sehingga mengizinkan Timor Leste mengadakan referendum kemerdekaan.
"Kepemimpinan beliau selama masa transisi yang penting di wilayah kami. Kebijakan Habibie dicocokkan dengan para presiden Indonesia berikutnya," kata Xanana.
"Setelah perang brutal selama 24 tahun, Indonesia dan Timor Leste bisa saja menjadi musuh. Tapi konflik kami bukan dengan rakyat Indonesia, dan seiring kedua negara tampil sebagai negara demokrasi, kami memprioritaskan rekonsiliasi," sambungnya.
Ia menegaskan kembali setelah perang 24 tahun, Timor Leste tidak memiliki teman baik sebaik Indonesia. "Persahabatan antar dua negara ini, seharusnya menjadi model bagi negara lain untuk rekonsiliasi dan kerja sama global," pungkasnya.
Baca: Xanana Gusmao: Kami Butuh Indonesia untuk Berdiri Tegak Bela Hukum Internasional
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News