Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menuturkan ada tiga aspek nilai strategis dari perjanjian tersebut.
"Dalam situasi sulit saat ini, ratifikasi BIT berfungsi sebagai pendorong ekonomi yang penting untuk mempercepat pemulihan ekonomi di kedua negara kita. Ini berpotensi meningkatkan investasi dua arah, berkisar antara 18-22 persen untuk lima tahun ke depan. Sambil memanfaatkan investasi senilai sekitar USD200 miliar per tahun pada tahun 2030 di wilayah tersebut," kata Retno dalam jumpa pers virtual.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Ia menambahkan traktat tersebut juga melengkapi ASEAN Comprehensive Investment Agreement, perjanjkan perdagangan bebas (FTA), dan juga Kemitraaan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP).
Menlu Retno menuturkan perjanjian ini merupakan solusi menguntungkan bagi kedua negara.
Baca: RI Tawarkan Beragam Komoditas Laut, Jembatani Bisnis dengan Singapura
"Perjanjian ini adalah perjanjian investasi bilateral pertama yang mulai berlaku setelah bertahun-tahun peninjauan perjanjian investasi oleh pemerintah Indonesia. BIT ini nantinya bisa dijadikan model dan benchmark bagi perjanjian investasi Indonesia dengan negara lain," imbuh dia.
Menurut Menlu Retno, perjanjian tersebut memberikan kepastian dan kepercayaan yang lebih. Pasalnya dapat memberikan perlindungan hukum bagi investor Indonesia dan Singapura yang berinvestasi di kedua negara.
Bagi Menlu Retno, keseimbangan antara hak dan kewajiban investor menjadi situasi saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. "Ini mempertahankan hak negara tuan rumah untuk mengatur untuk kepentingan publik," serunya.
Menteri Perdagangan dan Investasi Singapura, Chan Chun Sing juga menyambut baik penandatangan ratifikasi BIT ini. Kerja sama kedua negara, katanya semakin kuat bahkan di tengah pandemo covid-19.
"Saya yakin, BIT akan mendorong Indonesia semakin atraktif terhadap perusahaan Singapura," tegasnya.
Singapura merupakan mitra investasi dan perdagangan utama bagi Indonesia. Pada 2020, total investasi Singapura di Indonesia mencapai USD9,8 miliar.