"Komunitas Rohingya mengutuk keras upaya keji membungkam demokrasi ini," kata pemimpin Rohingya, Dil Mohammed.
"Kami mendesak komunitas global maju dan memulihkan demokrasi di Myanmar dengan cara apapun," imbuhnya dilansir dari Channel News Asia.
Aung San Suu Kyi, Presiden U Win Myint dan sejumlah petinggi lain ditahan oleh militer. Penahanan ini dilakukan menjelang pembukaan sesi baru parlemen Myanmar.
Kekuasaan di Myanmar kini dipegang pemimpin militer Jenderal Min Aung Hlaing. Berdasarkan keterangan dari saluran televisi milik militer, Myawaddy TV, penahanan Suu Kyi dan beberapa pejabat lain dilakukan atas dasar kecurangan pemilu' pada November tahun lalu.
Penahanan Suu Kyi dan pejabat lainnya mendapat kecaman dari berbagai pihak di seluruh dunia. Amerika Serikat bahkan mengancam akan mengambil tindakan untuk merespons aksi kudeta yang dilakukan Tatmadaw (militer Myanmar).
“Amerika Serikat menentang segala upaya untuk mengubah hasil pemilu baru-baru ini atau menghalangi transisi demokrasi Myanmar, dan akan mengambil tindakan terhadap mereka yang bertanggung jawab jika langkah-langkah ini tidak dibatalkan,” ujar juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres menilai situasi terkini di Myanmar sebagai pukulan telak bagi demokrasi. Sementara itu, ASEAN mendesak agar masalah dalam negeri Myanmar ini diselesaikan secara damai dalam bentuk dialog.
Baca juga: Myanmar Dikudeta, Bangladesh Tetap Ingatkan Repatriasi Pengungsi Rohingya
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News