"Keheningan dan lambannya penanganan (situasi Myanmar) akan merusak sentralitas, kredibilitas, dan relevansi ASEAN," katanya dikutip dari Straits Times, Sabtu, 24 April 2021.
PM Lee mengatakan dari laporan berita korban jiwa akibat kekerasan militer di Myanmar terus bertambah. Tak hanya itu, laporan menunjukkan adanya kekurangan makanan, persediaan medis, dan energi.
"Prospek bencana kemanusiaan terbentang di hadapan kita," ucapnya.
Ia mengatakan ASEAN ingin membantu Myanmar dan rakyatnya menyelesaikan masalah ini. Lee menambahkan masyarakat internasional juga mengawasi apa yang dilakukan ASEAN.
Baca juga: ASEAN Sepakati 5 Poin Konsensus Terkait Myanmar
"Proses ASEAN dan keterlibatan kami dengan mitra eksternal harus terus berlanjut," ucapnya.
Dalam pertemuan ASEAN Leaders Meeting yang digelar di Jakarta hari ini, PM Lee menyampaikan enam poin kunci dari Singapura untuk Myanmar. Enam poin tersebut antara lain penghentian kekerasan di Myanmar, pembebasan seluruh tahanan politik, dimulainya kembali dialog politik antara semua pihak, ASEAN mainkan peran konstruktif, memfasilitasi kunjungan delegasi ASEAN, dan memfasilitasi bantuan kemanusiaan yang dipimpin ASEAN.
Dalam pernyataannya, Lee menegaskan kembali bahwa Singapura sangat menentang penggunaan kekuatan mematikan terhadap warga sipil tak bersenjata dalam keadaan apapun.
Dia meminta otoritas militer di Myanmar untuk menahan diri dan menghentikan pertumpahan darah dan kekerasan lebih lanjut, serta untuk meredakan situasi politik dengan segera membebaskan semua tahanan politik - termasuk Presiden yang digulingkan Win Myint dan Penasihat Negara Aung San Suu Kyi.
"Ini akan menjadi langkah pertama menuju dimulainya kembali dialog konstruktif di antara para pemangku kepentingan utama, dengan pandangan rekonsiliasi dan kembalinya stabilitas di Myanmar," pungkas Lee.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News