Menurutnya, perang seperti itu dapat terjadi di mana saja.
Saat ini, defisit kepercayaan yang semakin dalam antar negara, penghormatan terhadap hukum internasional semakin terkikis, serta arsitektur keamanan di sejumlah kawasan semakin usang. Hal tersebut tidak mampu menciptakan rasa aman bagi semua.
Menurut Menlu Retno, kawasan Indo-Pasifik, di mana Asia Tenggara berada, lingkungan keamanannya amat dinamis dan kompleks. Ia menuturkan, banyak potensi konflik, seperti dalam isu Laut China Selatan, Selat Taiwan hingga Semenanjung Korea.
Menyikapi tantangan ini, Indonesia memiliki tiga pandangan utama.
"Pertama, menyalakan spirit perdamaian dan kolaborasi. Spirit kerja sama dan penyesaian konflik secara damai penting untuk terus dikedepankan," ucapnya, dalam pidato di Seminar Akhir Pendidikan Pasis SESKOAU Angkatan Ke-59, Selasa, 18 Oktober 2022.
Menlu Retno menegaskan, kepentingan nasional dan global tidak harus saling menihilkan, tapi memperkuat satu sama lain.
"Kedua, memperkokoh rules of the game hubungan antar negara. Pelanggaran hukum internasional adalah salah satu sumber utama masalah dunia sekarang," katanya.
Masih menurut Menlu Retno, penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah tidak bisa ditawar dan harus diterapkan secara konsisten. Ia menegaskan, jangan sampai ada standar ganda.
Berbagai prinsip ini, lanjut Menlu Retno, termuat dalam kesepakatan-kesepakatan di kawasan, seperti Piagam ASEAN, TAC, ZOPFAN, hingga Bali Principles. Jika semua aturan ini diterapkan, ia yakin perdamaian dan stabilitas kawasan akan terpelihara.
"Ketiga, wujudkan arsitektur kawasan yang inklusif. Arsitektur kawasan yang dibangun pasca Perang Dunia II sangat kental dengan upaya pembendungan dan alienasi," serunya.
"Pendekatan ini menimbulkan kecurigaan mempertebal trust deficit dan meningkatkan ketegangan kawasan," ucap Menlu Retno.
Arsitektur kawasan, kata dia, harus inklusif dan memberikan rasa aman dan nyaman, sehingga semua negara bisa fokus bekerja sama.
"Ini yang kita dorong lewat berbagai ASEAN-led mechanisms dalam lima dekade terakhir. Mulai dari ASEAN-Plus, ARF, EAS hingga konsepsi ASEAN Outlook on the Indo-Pacific," ucapnya.
Tahun depan, keketuaan ASEAN akan dipegang oleh Indonesia. "Indonesia ingin ASEAN tetap kokoh, dapat mempertahankan sentralitasnya, memelihara stabilitas dan tidak kalah pentingnya, jadikan Asia Tenggara sebagai Epicentrum of Growth," pungkas Menlu Retno.
Baca: Indonesia Perkuat Hubungan Diplomatik Indo-Pasifik
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News