Ilustrasi penjara di Filipina./AFP
Ilustrasi penjara di Filipina./AFP

Coba Kabur, Tiga Narapidana Ditembak Polisi Filipina

Marcheilla Ariesta • 09 Oktober 2022 13:54
Manila: Polisi Filipina membunuh tiga narapidana, termasuk seorang gerilyawan terkemuka dari Abu Sayyaf. Hal ini dilakukan setelah mereka menikam seorang petugas penjara dan menahan sebentar mantan senator oposisi pada Minggu, 9 Oktober 2022.
 
Kepala Polisi Nasional Jenderal Rodolfo Azurin Jr mengatakan, mantan Senator Leila de Lima tidak terluka. Ia dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan, menyusul upaya melarikan diri dan penyanderaan di penjara dengan keamanan maksimum di kamp polisi utama di Metropolitan Manila.
 
Salah satu dari tiga narapidana menikam seorang petugas polisi yang sedang mengantarkan sarapan kepada narapidana setelah subuh. Seorang petugas polisi yang ditempatkan di menara penjaga melepaskan tembakan peringatan.

"Ia kemudian menembak dan membunuh dua tahanan, termasuk komandan Abu Sayyaf Idang Susukan setelah mereka menolak untuk menyerah," kata polisi, dilansir dari Channel News Asia.
 
Narapidana ketiga lari ke sel de Lima dan menyanderanya sebentar. "Dia juga ditembak mati oleh pasukan komando polisi," kata Azurin.
 
Baca juga: Duh! Jurnalis Filipina Dibunuh, RIP Kebebasan Pers
 
"Dia aman.  Kami dapat dengan cepat menyelesaikan insiden di dalam pusat penahanan," lanjut Azurin kepada wartawan.
 
Dia mengatakan, de Lima tampaknya bukan targetnya.
 
"Mereka melihatnya sebagai penutup yang ideal. Niat mereka sebenarnya adalah untuk melarikan diri," katanya.
 
De Lima telah ditahan sejak 2017 dan menghadapi persidangan atas tuduhan narkoba yang katanya dibuat oleh mantan Presiden Rodrigo Duterte dan para pejabatnya. Menurutnya, tuduhan itu dialamatkan kepadanya sebagai upaya untuk meredam kritiknya terhadap tindakan kerasnya yang mematikan terhadap obat-obatan terlarang, yang telah menyebabkan ribuan orang kebanyakan kecil.
 
Duterte, yang bersikeras atas kesalahan de Lima, mengundurkan diri dari jabatannya pada 30 Juni di akhir masa jabatan enam tahun yang penuh gejolak. Ia kemudian digantikan oleh Ferdinand Marcos Jr, putra seorang mantan diktator yang digulingkan dalam pemberontakan pro-demokrasi 1986.
 
Insiden terakhir menggarisbawahi perlunya dia untuk "segera dibebaskan", kata Carlos Conde dari Human Rights Watch.
 
Sementara itu, Marcos mengatakan, dia akan berbicara dengan de Lima untuk memeriksa kondisinya dan menanyakan apakah dia ingin dipindahkan ke pusat penahanan lain.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan