Kuala Lumpur: Muncul laporan bahwa milisi Sulu yang berada di Filipina melakukan serangan ke wilayah Sabah, Malaysia. Namun Panglima Angkatan Bersenjata Malaysia Affendi Buang membantah laporan tersebut.
Dalam sebuah pernyataan pada Jumat 10 Desember 2021, Jenderal Affendi mengatakan angkatan bersenjata melihat masalah yang dapat mengancam kedaulatan Malaysia dan membahayakan hubungan bilateral secara serius.
“Saat ini, melalui pelaksanaan operasi dan pengumpulan intelijen, tidak ada indikasi yang jelas atau bukti yang kuat atas apa yang telah dilaporkan,” kata Jenderal Affendi, seperti dikutip Channel News Asia.
Pada Kamis, South China Morning Post melaporkan bahwa pertemuan rahasia di antara 19 Wali Kota di Provinsi Sulu, Filipina selatan diadakan untuk membahas perekrutan 600 pejuang bersenjata dan untuk membentuk "Tentara Kerajaan Sulu" untuk menyerang Sabah.
Mengutip sumber keamanan regional, laporan tersebut menuduh bahwa mata-mata telah dikirim untuk menjelajahi kota-kota pesisir dan bahwa Februari 2022 dipandang sebagai waktu terbaik untuk menyerang untuk “memperingati” serangan Lahad Datu pada tahun 2013.
Kesultanan Sulu mengklaim Sabah sebagai wilayahnya. Dalam insiden tahun 2013, sembilan polisi dan tentara Malaysia serta enam warga sipil tewas.
Jenderal Affendi mengatakan dalam pernyataannya pada Jumat bahwa angkatan bersenjata siap membela keamanan dan kedaulatan negara dan Sabah dari ancaman asing.
“Peran utama (kami) adalah untuk melindungi kepentingan negara, terutama dalam mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah dari ancaman keamanan tradisional dan non-tradisional,” katanya.
Pada Kamis, Inspektur Jenderal Polisi Acryl Sani Abdullah Sani mengatakan belum ada konfirmasi atas invasi yang dilaporkan.
“PDRM (Polisi Kerajaan Malaysia) menangani masalah ini dengan serius dan akan mengambil tindakan segera untuk meningkatkan kesiapsiagaan di tingkat tertinggi di Sabah untuk menghadapi segala kemungkinan dan ancaman penyusupan,” tegas Sani.
"Kami memberikan komitmen kami dalam hal ini untuk mencegah terulangnya insiden penyerbuan di Sabah. PDRM memiliki hubungan baik dengan otoritas Filipina dan berbagi informasi intelijen tentang kegiatan apa pun yang dapat mengancam hubungan dekat dan keamanan kedua negara," katanya dalam sebuah pernyataan, menurut Bernama.
Acryl Sani menambahkan bahwa polisi selalu siap untuk menghadapi ancaman apapun, dan upaya akan diintensifkan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi sel-sel tidur di Sabah, yang mungkin terlibat dalam konspirasi.
Kompol Idris Abdullah juga membantah kabar tersebut. "Tidak benar. Meski demikian, kami (polisi Sabah) akan meningkatkan pengamanan," pungkasnya dalam pesan WhatsApp kepada Bernama, Kamis.
Dalam sebuah pernyataan pada Jumat 10 Desember 2021, Jenderal Affendi mengatakan angkatan bersenjata melihat masalah yang dapat mengancam kedaulatan Malaysia dan membahayakan hubungan bilateral secara serius.
“Saat ini, melalui pelaksanaan operasi dan pengumpulan intelijen, tidak ada indikasi yang jelas atau bukti yang kuat atas apa yang telah dilaporkan,” kata Jenderal Affendi, seperti dikutip Channel News Asia.
Pada Kamis, South China Morning Post melaporkan bahwa pertemuan rahasia di antara 19 Wali Kota di Provinsi Sulu, Filipina selatan diadakan untuk membahas perekrutan 600 pejuang bersenjata dan untuk membentuk "Tentara Kerajaan Sulu" untuk menyerang Sabah.
Mengutip sumber keamanan regional, laporan tersebut menuduh bahwa mata-mata telah dikirim untuk menjelajahi kota-kota pesisir dan bahwa Februari 2022 dipandang sebagai waktu terbaik untuk menyerang untuk “memperingati” serangan Lahad Datu pada tahun 2013.
Kesultanan Sulu mengklaim Sabah sebagai wilayahnya. Dalam insiden tahun 2013, sembilan polisi dan tentara Malaysia serta enam warga sipil tewas.
Jenderal Affendi mengatakan dalam pernyataannya pada Jumat bahwa angkatan bersenjata siap membela keamanan dan kedaulatan negara dan Sabah dari ancaman asing.
“Peran utama (kami) adalah untuk melindungi kepentingan negara, terutama dalam mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah dari ancaman keamanan tradisional dan non-tradisional,” katanya.
Pada Kamis, Inspektur Jenderal Polisi Acryl Sani Abdullah Sani mengatakan belum ada konfirmasi atas invasi yang dilaporkan.
“PDRM (Polisi Kerajaan Malaysia) menangani masalah ini dengan serius dan akan mengambil tindakan segera untuk meningkatkan kesiapsiagaan di tingkat tertinggi di Sabah untuk menghadapi segala kemungkinan dan ancaman penyusupan,” tegas Sani.
"Kami memberikan komitmen kami dalam hal ini untuk mencegah terulangnya insiden penyerbuan di Sabah. PDRM memiliki hubungan baik dengan otoritas Filipina dan berbagi informasi intelijen tentang kegiatan apa pun yang dapat mengancam hubungan dekat dan keamanan kedua negara," katanya dalam sebuah pernyataan, menurut Bernama.
Acryl Sani menambahkan bahwa polisi selalu siap untuk menghadapi ancaman apapun, dan upaya akan diintensifkan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi sel-sel tidur di Sabah, yang mungkin terlibat dalam konspirasi.
Kompol Idris Abdullah juga membantah kabar tersebut. "Tidak benar. Meski demikian, kami (polisi Sabah) akan meningkatkan pengamanan," pungkasnya dalam pesan WhatsApp kepada Bernama, Kamis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News