Jakarta: Pemerintah Indonesia dan Republik Federal Jerman telah sukses menyelenggarakan negosiasi antarpemerintah tentang kerja sama pembangunan. Perubahan iklim, pembangunan rendah karbon, dan pemulihan ekonomi secara hijau pascacovid-19 merupakan beberapa topik paling mendesak yang dibahas di dalamnya.
Untuk mendukung Indonesia dalam menangani tantangan di atas dan tantangan lainnya, pemerintah Jerman berkomitmen terhadap proyek kerja sama dengan volume pendanaan hibah melampaui 88 juta Euro atau Rp1,4 triliun. Secara bersamaan, kedua negara bersemangat menyambut 2022 yang istimewa sebagai kesempatan untuk memperkokoh hubungannya yang erat.
Negosiasi antarpemerintah Republik Indonesia dan Republik Federal Jerman tentang kerja sama pembangunan berlangsung 16-18 November dalam semangat saling percaya, terbuka, dan bersahabat, dihadiri 77 delegasi secara virtual maupun fisik dari Jakarta, Berlin, dan Bonn.
Selama tiga hari, kedua belah pihak pemerintahan membahas perkembangan terbaru dari negara masing-masing, menerangkan agenda masa depannya, dan meninjau kemajuan program pembangunan yang sudah berjalan, serta meletakkan pondasi untuk prakarsa kerja sama yang baru.
Luasnya lingkup pembicaraan mencerminkan berbagai tantangan mendesak di zaman ini: perubahan iklim dan pembangunan rendah karbon, transisi energi, pemulihan ekonomi yang berkelanjutan pascacovid-19, implementasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), isu lingkungan seperti halnya keanekaragaman hayati, pengelolaan hutan dan rantai nilai berkelanjutan, pendidikan kejuruan, pertumbuhan inklusif, dan pekerjaan terampil.
“Peran Indonesia sebagai sebuah aktor kawasan yang kuat dan mitra global dalam mengatasi tantangan global seperti perubahan iklim, perlindungan ‘global goods’, dan pengentasan kemiskinan akan tetap berada di pusat. Demikian pula bagi pemerintahan Jerman yang baru,” ujar Direktur-Jenderal Kementerian Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan Jerman Prof. Claudia Warning, dalam keterangan tertulis Kedubes Jerman, yang diterima Medcom.id, Sabtu 20 November 2021.
“Sebagai titik prioritas kerja samanya yang sudah bersejarah panjang, kedua belah pihak sepakat untuk mengemban tanggung jawab atas planet kita dan melawan perubahan iklim, membangun keterampilan generasi muda, dan melindungi lingkungan dan sumber daya alam,” imbuh pernyataan itu.
Green Infrastructure Initiative (GII/Inisiatif Infrastruktur Hijau) dan World Mangrove Center (Pusat Mangrove Dunia) menuai pujian dari kedua belah pihak sebagai program unggulan dari kerja sama bilateralnya. Kedua program ini sukses ditampilkan di Paviliun Indonesia dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB COP26 di Glasgow yang baru saja berlangsung.
Green Infrastructure Initiative mengundang pemikiran baru terhadap mobilitas perkotaan yang berkelanjutan dengan focus pada ekonomi sirkuler dan pengelolaan limbah, pengelolaan air dan sistem air limbah, serta mobilitas rendah karbon. Pada saat implementasi, diharapkan bahwa inisiatif ini dapat mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 4 juta ton tiap tahunnya.
World Mangrove Center dijadwalkan untuk merayakan pembukaan resminya di Bali pada akhir tahun ini. Melalui program ini, Jerman mendukung Indonesia dalam upayanya menjadi pemimpin internasional dalam penelitian dan perlindungan mangrove (bakau).
Lebih dari itu, Jerman berkomitmen mendukung Indonesia dalam rencana-rencana aksi nasionalnya untuk “membangun lebih baik” (build back better) melalui sejumlah kegiatan kerja sama teknis dan keuangan yang baru. Pemulihan hijau merupakan salah satu upaya terpenting di mana Jerman menyokong penguatan Indonesia dalam aspirasinya untuk membentuk ekonomi yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan berketahanan.
Sejumlah bidang kerja sama yang telah berlangsung diperluas dan diselaraskan dengan rute pemulihan ekonomi berkelanjutan melalui proyek-proyek energi terbarukan dan hijau, pekerjaan hijau, perlindungan hutan dan laut, jaminan sosial kesehatan, dan mobilisasi sumber daya domestik.
Memanfaatkan momentum transisi energi berkelanjutan secara global, Jerman akan meningkatkan fokus terhadap percepatan transisi energi Indonesia dan membantu berinvestasi dalam energi terbarukan. Dua program baru, “Sustainable Energy Transition in Indonesia” (Transisi Energi Berkelanjutan di Indonesia) dan “Just Energy Transition (Transisi Energi Berkeadilan) bertujuan memperkuat pemangku kepentingan lokal sembari meningkatkan, energi terbarukan dan efisiensi energi, serta mendukung Indonesia dalam mengembangkan rencana transisi energi yang berkeadilan, tanpa meninggalkan satu orang pun.
Lautan menghadapi tantangan yang baru ditemui dalam sejarah akibat kontaminasi limbah plastik. Untuk mengatasi tantangan global ini, Jerman dan Indonesia menegaskan kembali komitmen melawan limbah laut melalui proyek bilateral dalam program hibah baru “Marine Debris Framework – Regional hubs around the globe (Marine:DeFrag)”. Melalui proyek ini, Jerman akan menyokong pemangku kepentingan lokal dalam mencegah limbah padat dari sumbernya, serta mendirikan dan mengembangkan system pengelolaan daur ulang yang disesuaikan dengan kondisi setempat, mengurangi jumlah limbah yang dapat memasuki lingkungan.
Kedua negara pun sepakat atas pembelajaran dari pandemi covid-19 yang dapat diterapkan pada kerja sama pembangunan. Terkait ini, Scenaider C. H. Siahaan, Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan Kementerian PPN/BAPPENAS menyatakan bahwa “kita harus membentuk kerja sama bilateral kita agar menjadi lebih responsif, adaptif, dan inovatif”.
Negosiasi diakhiri dengan sebuah upacara penandatanganan virtual yang menandai awal komitmen proyek kerja sama yang baru dengan nilai pendanaan hibah lebih dari 88 juta Euro. Total nilai komitmen proyek kerja sama Jerman kini melampaui 5,7 miliar Euro atau Rp92 triliun, menjadikan Jerman salah satu mitra pembangunan bilateral terbesar bagi Indonesia.
Bersama dengan berakhirnya negosiasi, delegasi kedua negara bersama-sama menyambut dengan semangat tahun 2022, sebuah tahun yang istimewa bagi hubungan Indonesia dan Jerman.
“2022 akan menjadi tahun yang istimewa bagi kedua negara kita. Indonesia akan memimpin G20 dan Jerman akan memimpin G7. Keadaan ini menciptakan kesempatan untuk bersama-sama memajukan sejumlah isu global yang penting dan memperkenalkan ide baru serta menciptakan momentum baru,” tutur Norbert Barthle, Sekretaris Negara dari Parlemen untuk Kementerian Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan Jerman.
Pada 2022, Indonesia dan Jerman juga akan memperingati 70 tahun hubungan bilateral dan 10 tahun Deklarasi Jakarta, yang menjadi landasan kerja sama erat dan multi-dimensi antara kedua negara. Seluruh delegasi menyambut dengan antusias tahun depan yang akan sangat istimewa sebagai kesempatan memperkokoh hubungan erat Indonesia-Jerman.
Untuk mendukung Indonesia dalam menangani tantangan di atas dan tantangan lainnya, pemerintah Jerman berkomitmen terhadap proyek kerja sama dengan volume pendanaan hibah melampaui 88 juta Euro atau Rp1,4 triliun. Secara bersamaan, kedua negara bersemangat menyambut 2022 yang istimewa sebagai kesempatan untuk memperkokoh hubungannya yang erat.
Negosiasi antarpemerintah Republik Indonesia dan Republik Federal Jerman tentang kerja sama pembangunan berlangsung 16-18 November dalam semangat saling percaya, terbuka, dan bersahabat, dihadiri 77 delegasi secara virtual maupun fisik dari Jakarta, Berlin, dan Bonn.
Selama tiga hari, kedua belah pihak pemerintahan membahas perkembangan terbaru dari negara masing-masing, menerangkan agenda masa depannya, dan meninjau kemajuan program pembangunan yang sudah berjalan, serta meletakkan pondasi untuk prakarsa kerja sama yang baru.
Luasnya lingkup pembicaraan mencerminkan berbagai tantangan mendesak di zaman ini: perubahan iklim dan pembangunan rendah karbon, transisi energi, pemulihan ekonomi yang berkelanjutan pascacovid-19, implementasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), isu lingkungan seperti halnya keanekaragaman hayati, pengelolaan hutan dan rantai nilai berkelanjutan, pendidikan kejuruan, pertumbuhan inklusif, dan pekerjaan terampil.
“Peran Indonesia sebagai sebuah aktor kawasan yang kuat dan mitra global dalam mengatasi tantangan global seperti perubahan iklim, perlindungan ‘global goods’, dan pengentasan kemiskinan akan tetap berada di pusat. Demikian pula bagi pemerintahan Jerman yang baru,” ujar Direktur-Jenderal Kementerian Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan Jerman Prof. Claudia Warning, dalam keterangan tertulis Kedubes Jerman, yang diterima Medcom.id, Sabtu 20 November 2021.
“Sebagai titik prioritas kerja samanya yang sudah bersejarah panjang, kedua belah pihak sepakat untuk mengemban tanggung jawab atas planet kita dan melawan perubahan iklim, membangun keterampilan generasi muda, dan melindungi lingkungan dan sumber daya alam,” imbuh pernyataan itu.
Green Infrastructure Initiative (GII/Inisiatif Infrastruktur Hijau) dan World Mangrove Center (Pusat Mangrove Dunia) menuai pujian dari kedua belah pihak sebagai program unggulan dari kerja sama bilateralnya. Kedua program ini sukses ditampilkan di Paviliun Indonesia dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB COP26 di Glasgow yang baru saja berlangsung.
Green Infrastructure Initiative mengundang pemikiran baru terhadap mobilitas perkotaan yang berkelanjutan dengan focus pada ekonomi sirkuler dan pengelolaan limbah, pengelolaan air dan sistem air limbah, serta mobilitas rendah karbon. Pada saat implementasi, diharapkan bahwa inisiatif ini dapat mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 4 juta ton tiap tahunnya.
World Mangrove Center dijadwalkan untuk merayakan pembukaan resminya di Bali pada akhir tahun ini. Melalui program ini, Jerman mendukung Indonesia dalam upayanya menjadi pemimpin internasional dalam penelitian dan perlindungan mangrove (bakau).
Lebih dari itu, Jerman berkomitmen mendukung Indonesia dalam rencana-rencana aksi nasionalnya untuk “membangun lebih baik” (build back better) melalui sejumlah kegiatan kerja sama teknis dan keuangan yang baru. Pemulihan hijau merupakan salah satu upaya terpenting di mana Jerman menyokong penguatan Indonesia dalam aspirasinya untuk membentuk ekonomi yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan berketahanan.
Sejumlah bidang kerja sama yang telah berlangsung diperluas dan diselaraskan dengan rute pemulihan ekonomi berkelanjutan melalui proyek-proyek energi terbarukan dan hijau, pekerjaan hijau, perlindungan hutan dan laut, jaminan sosial kesehatan, dan mobilisasi sumber daya domestik.
Memanfaatkan momentum transisi energi berkelanjutan secara global, Jerman akan meningkatkan fokus terhadap percepatan transisi energi Indonesia dan membantu berinvestasi dalam energi terbarukan. Dua program baru, “Sustainable Energy Transition in Indonesia” (Transisi Energi Berkelanjutan di Indonesia) dan “Just Energy Transition (Transisi Energi Berkeadilan) bertujuan memperkuat pemangku kepentingan lokal sembari meningkatkan, energi terbarukan dan efisiensi energi, serta mendukung Indonesia dalam mengembangkan rencana transisi energi yang berkeadilan, tanpa meninggalkan satu orang pun.
Lautan menghadapi tantangan yang baru ditemui dalam sejarah akibat kontaminasi limbah plastik. Untuk mengatasi tantangan global ini, Jerman dan Indonesia menegaskan kembali komitmen melawan limbah laut melalui proyek bilateral dalam program hibah baru “Marine Debris Framework – Regional hubs around the globe (Marine:DeFrag)”. Melalui proyek ini, Jerman akan menyokong pemangku kepentingan lokal dalam mencegah limbah padat dari sumbernya, serta mendirikan dan mengembangkan system pengelolaan daur ulang yang disesuaikan dengan kondisi setempat, mengurangi jumlah limbah yang dapat memasuki lingkungan.
Kedua negara pun sepakat atas pembelajaran dari pandemi covid-19 yang dapat diterapkan pada kerja sama pembangunan. Terkait ini, Scenaider C. H. Siahaan, Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan Kementerian PPN/BAPPENAS menyatakan bahwa “kita harus membentuk kerja sama bilateral kita agar menjadi lebih responsif, adaptif, dan inovatif”.
Negosiasi diakhiri dengan sebuah upacara penandatanganan virtual yang menandai awal komitmen proyek kerja sama yang baru dengan nilai pendanaan hibah lebih dari 88 juta Euro. Total nilai komitmen proyek kerja sama Jerman kini melampaui 5,7 miliar Euro atau Rp92 triliun, menjadikan Jerman salah satu mitra pembangunan bilateral terbesar bagi Indonesia.
Bersama dengan berakhirnya negosiasi, delegasi kedua negara bersama-sama menyambut dengan semangat tahun 2022, sebuah tahun yang istimewa bagi hubungan Indonesia dan Jerman.
“2022 akan menjadi tahun yang istimewa bagi kedua negara kita. Indonesia akan memimpin G20 dan Jerman akan memimpin G7. Keadaan ini menciptakan kesempatan untuk bersama-sama memajukan sejumlah isu global yang penting dan memperkenalkan ide baru serta menciptakan momentum baru,” tutur Norbert Barthle, Sekretaris Negara dari Parlemen untuk Kementerian Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan Jerman.
Pada 2022, Indonesia dan Jerman juga akan memperingati 70 tahun hubungan bilateral dan 10 tahun Deklarasi Jakarta, yang menjadi landasan kerja sama erat dan multi-dimensi antara kedua negara. Seluruh delegasi menyambut dengan antusias tahun depan yang akan sangat istimewa sebagai kesempatan memperkokoh hubungan erat Indonesia-Jerman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News