Acara tersebut meliputi seputar perlindungan dan pemenuhan hak penyandang disabilitas di ASEAN secara komprehensif di bidang pendidikan, kesehatan, penyediaan lapangan pekerjaan dan perlindungan sosial. Penanganan komprehensif diperlukan agar penyandang disabilitas bisa mandiri, dan sekaligus untuk meningkatkan harkat dan martabat mereka.
"Forum dan dialog ini benar-benar menggambarkan pentingnya disabilitas dalam keterlibatan kami dengan ASEAN, dan hubungan dan kemitraan kita selama 46 tahun dengan ASEAN," ucap Minkara dalam keterangan virtual kepada awak media.
"Ketika kita memikirkan dan berbicara tentang perdamaian, kemakmuran, dan keamanan, kita tidak dapat mencapainya tanpa mengikutsertakan 17 persen penduduk dunia yang merupakan penyandang disabilitas," sambung dia.
Dari total 17 persen tersebut, lanjut Minkara, lebih dari 100 juta di antaranya ada di ASEAN.
Selain soal disabilitas, forum AHLF juga membicarakan mengenai bagaimana ASEAN dan AS serta komunitas global mendiskusikan berbagai isu, termasuk Kecerdasan Buatan (AI) dan teknologi, serta bagaimana hal tersebut memengaruhi layanan kesehatan, pertanian, pembangunan ekonomi, pendidikan, dan transportasi.
Melibatkan Penyandang Disabilitas
Turut dibahas juga mengenai perekonomian, reformasi perawatan pasca-COVID; atau bencana iklim dan respons terhadap bencana iklim secara menyeluruh, dan juga perdagangan.Minkara mengatakan bahwa dengan banyaknya permasalahan yang berbeda-beda ini, kita perlu memastikan bahwa suara dan perspektif disabilitas ada dalam tiga lapisan dan tiga alasan.
Pertama, ketika komunitas global mengecualikan penyandang disabilitas, hal tersebut dapat membuat kita semua menjadi rentan. Menurut Minkara, kita tidak rentan karena kita adalah penyandang disabilitas, tetapi rentan karena sistem dan masyarakat tidak dapat diakses.
"Mari kita ubah itu. Mari kita bahas disabilitas untuk memastikan kita menyertakan mereka dan memastikan kita tidak mengecualikan mereka, sehingga berdampak pada perekonomian kita dan seterusnya," tutur Minkara.
Poin kedua adalah ketika kita melibatkan penyandang disabilitas. Jika itu dilakukan, maka dapat membantu meningkatkan Produk Domestik Bruto tiap-tiap negara. Menurut Minkara, keterlibatan disabilitas dapat membantu meningkatkan PDB hingga 7 persen.
Baca juga: Di Forum Tingkat Tinggi ASEAN, Mensos Dorong Penanganan Disabilitas Dilakukan Komprehensif
Enabling Master Plan
"Dan poin ketiga adalah ketika kita membuat sistem yang dapat diakses penyandang disabilitas. Tentu hal ini dapat memberikan manfaat bagi semua orang," ungkapnya.Minkara mengatakan ketiga poin tersebut berada di bawah kerangka inklusi penyandang disabilitas. Ia menegaskan bahwa ini bukan hanya hal benar untuk dilakukan, tapi ini adalah isu nilai dan manfaat ekonomi "yang seharusnya menjadi perhatian kita semua."
Saat ini, ASEAN telah mengadopsi Enabling Master Plan, yang merupakan strategi disabilitas yang didukung oleh AS. Rencana induk ini bersifat lintas sektoral dan mencakup tiga pilar ASEAN, yaitu keamanan politik, ekonomi, dan sosial budaya.
"Dan kami terlibat dengan ASEAN mengenai bagaimana – apa saja kesenjangannya, apa saja tantangannya, dan bagaimana kami dapat mendukung perjalanan mereka dalam mengimplementasikan Enabling Master Plan," pungkas Minkara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News