Global Forum for Sustainable Resilience (GFSR) berikan beberapa sesi pembahasan mengenai mitigasi bencana. Foto: Medcom.id
Global Forum for Sustainable Resilience (GFSR) berikan beberapa sesi pembahasan mengenai mitigasi bencana. Foto: Medcom.id

Kolaborasi Multi Sektor dan Pendekatan Praktikal dalam Penanganan Bencana

Medcom • 13 September 2024 02:35
Jakarta: Global Forum for Sustainable Resilience (GFSR) resmi ditutup pada hari kedua pelaksanaan Asia Disaster Management and Civil Protection Expo & Conference (ADEXCO) yang berlangsung di JIExpo Kemayoran, Jakarta. 
 
Forum ini membawa tema penting yaitu "Menavigasi Ketidakpastian: Memajukan Ketahanan Berkelanjutan di Tengah Perubahan Dunia," dengan menghadirkan perwakilan negara-negara ASEAN, Uni Eropa, hingga Republik Fiji.
 
Konvensi yang dilakukan selama dua hari menyoroti pentingnya memperkuat kesiapan bencana serta memperkenalkan pendekatan holistik terhadap pembangunan berkelanjutan. 

Acara ini juga memperingati 20 tahun peristiwa tsunami Samudera Hindia yang terjadi pada 26 Desember 2004, yang menelan banyak korban, terutama di Aceh.
 
Dalam berbagai diskusi, sejumlah poin penting muncul, seperti:
  • Resiliensi Berbasis Masyarakat dan Sistem
Dari pengalaman Singapura, resiliensi yang kuat bergantung pada dua elemen utama, yakni masyarakat dan sistem. Masyarakat membutuhkan sistem yang baik, dan tanpa masyarakat yang mendukung, sistem tersebut akan tidak berfungsi.
  • Kolaborasi Multi Sektor untuk Pengurangan Risiko Bencana (PRB)
Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, dalam sambutan videonya menekankan bahwa pengurangan risiko bencana adalah upaya kolektif yang membutuhkan kerja sama internasional dan ketahanan berkelanjutan sebagai inti diplomasi kemanusiaan Indonesia.
  • Pendekatan Praktikal dalam Penanganan Bencana
Pembelajaran dari tsunami 2004 menunjukkan bahwa kompleksitas bencana sudah menjadi tantangan yang dihadapi saat ini, sehingga diperlukan pendekatan yang lebih praktis.
  • Kemiskinan dan Kerentanan terhadap Perubahan Iklim
Masyarakat di negara-negara berpenghasilan rendah, terutama yang tinggal di pedesaan, menjadi lebih rentan terhadap dampak perubahan iklim.
  • Teknologi dan Inovasi dalam Penanganan Bencana
Meskipun teknologi telah digunakan dalam mitigasi bencana, perlu peningkatan kapasitas masyarakat agar pemanfaatan teknologi tersebut lebih maksimal.
 
Selain itu juga ditutup dengan  Penjabat Gubernur Aceh, Dr. H. Safrizal ZA, M.Si, menyatakan bahwa Aceh telah menjadi model global dalam penanganan bencana alam dan berperan sebagai pusat pembelajaran bagi dunia dalam konsep "Build Back Better."
 
Kolaborasi Global untuk Ketangguhan di Masa Depan
Perlunya kolaborasi global untuk rehabilitasi dan rekonstruksi yang sukses, peningkatan kesiapsiagaan bencana melalui investasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pentingnya akses keuangan dan transformasi teknologi untuk mitigasi bencana.
 
Deputi Sistem dan Strategi BNPB, Dr. Raditya Jati, menutup acara dengan menegaskan bahwa kesiapan yang baik dapat mengubah bencana dari "Disaster" menjadi sekadar "Phenomenon," mempertegas pentingnya inovasi teknologi dan pembangunan infrastruktur berkelanjutan.
 
ADEXCO 2024 masih akan berlangsung hingga 14 September 2024, dengan agenda workshop dan diskusi panel yang diharapkan dapat menjadi platform utama bagi kolaborasi lintas industri dalam meningkatkan ketangguhan terhadap bencana.
 
(Nithania Septianingsih)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan