Negeri Gajah Putih itu berjuang untuk menahan wabah terbarunya yang dipicu oleh varian Delta yang sangat menular. Angka infeksi dan kematian yang meroket telah membuat sistem perawatan kesehatan meregang.
Meskipun provinsi-provinsi yang terkena dampak paling parah ditempatkan di bawah pembatasan ketat dan jam malam, Thailand pada Kamis mencatat kasus harian baru dengan 17.669 kasus dan 165 kematian.
"Saya berbicara terus terang. Kami tidak memiliki cukup tempat tidur di rumah sakit," kata Somsak Akkasilp, Direktur Jenderal Departemen Pelayanan Medis Kementerian Kesehatan, dalam konferensi pers, seperti dikutip dari AFP, Jumat 30 Juli 2021.
“Di rumah sakit besar, semua (unit perawatan intensif) terlalu sibuk. Mereka memiliki 10 tempat tidur untuk ICU tetapi mereka harus menangani 12 kasus ICU," ungkapnya, seraya menambahkan bahwa petugas medis memindahkan pasien kritis dari ruang gawat darurat begitu tempat tidurnya dikosongkan.
Rumah sakit di ibu kota memiliki kapasitas untuk menangani 1.000 pasien baru setiap hari. Tetapi Somsak mengatakan mereka telah melampaui jumlah itu, dengan 4.000 kasus baru tercatat pada Kamis di Bangkok saja.
Somsak menambahkan, pihak berwenang mulai merekomendasikan isolasi rumah untuk kasus-kasus yang lebih ringan, ada masalah dengan penyediaan obat-obatan kepada mereka. Selain itu, fasilitas isolasi dan karantina kota semakin terisi, dan otoritas metropolitan bekerja sama dengan rumah sakit swasta untuk membebaskan lebih banyak tempat tidur.
"Tetapi saya harus berbicara terus terang. Tidak peduli berapa banyak kita meningkatkannya, itu tidak akan cukup untuk wabah saat ini," tegas Somsak.
"Kita belum tahu apakah pandemi ini sudah mencapai puncaknya. Kita harus meratakan kurvanya," tambahnya.
Thailand telah melaporkan lebih dari 561.000 kasus virus korona dan 4.562 kematian.
Sebagian besar dari mereka terdeteksi sejak gelombang terbaru dimulai pada bulan April dari distrik kehidupan malam kelas atas Bangkok yang sering dikunjungi oleh orang-orang yang memiliki hubungan politik.
Pemerintahan Perdana Menteri Prayut Chan-O-Cha mendapat kecaman keras atas penanganannya terhadap pandemi, mulai dari tuduhan salah urus vaksin hingga kurangnya kompensasi pemerintah untuk sektor-sektor yang terkena dampak.
Saat ini kerajaan sedang memberikan vaksin Sinovac, Sinopharm dan AstraZeneca. Tetapi kampanye vaksinasi massal berjalan lambat, dengan sebagian besar penduduk marah karena pemerintah belum mendapatkan vaksin Pfizer dan Moderna, yang menggunakan teknologi mRNA yang lebih baru.
Kedutaan Besar AS telah menyumbangkan 1,5 juta dosis vaksin Pfizer ke Thailand, yang diperkirakan akan tiba pada Jumat. Diharapkan kedatangan vaksin itu bisa membantu Thailand melawan pandemi covid-19.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News