Ledakan itu menghancurkan seluruh truk amunisi serta meratakan bangunan. Selain itu, ledakan juga melukai beberapa tentara dan setidaknya satu anak di pedesaan provinsi Kampong Speu pada hari Sabtu.
Kementerian pertahanan mengatakan pada Kamis bahwa para penyelidik yakin gelombang panas berperan dalam ledakan senjata lama tersebut.
“Insiden ledakan amunisi pada 27 April 2024 merupakan masalah teknis karena senjata sudah tua, rusak, dan cuaca panas,” kata Kementerian Pertahanan Kamboja dalam pernyataannya, seperti dikutip AFP, Kamis 2 Mei 2024.
Pernyataan tersebut tidak menjelaskan masalah spesifiknya atau bagaimana panas mungkin berkontribusi terhadap ledakan tersebut.
Kementerian juga menolak anggapan bahwa ledakan itu dilakukan oleh tentara yang memberontak atau aksi terorisme.
Kecelakaan amunisi yang mematikan tidak jarang terjadi di Kamboja, yang dipenuhi dengan amunisi, ranjau, dan sisa persenjataan yang belum meledak dari konflik sipil selama beberapa dekade.
Insiden seperti ini diperparah dengan lemahnya standar keselamatan.
Seperti sebagian besar negara di Asia Selatan, Kamboja sedang berjuang menghadapi cuaca panas dalam beberapa pekan terakhir.
Pihak berwenang memperingatkan pada hari Minggu bahwa suhu bisa mencapai 43 derajat Celcius di beberapa daerah, meskipun hujan dan cuaca dingin diperkirakan akan turun dalam beberapa hari mendatang.
Menyusul ledakan di sebelah barat ibu kota Phnom Penh, gambar yang diposting di media sosial menunjukkan bangunan satu lantai yang hancur diselimuti asap, dan penduduk desa terdekat juga berbagi gambar jendela pecah secara online.
Foto-foto lain menunjukkan apa yang tampak seperti warga sipil, termasuk seorang anak kecil yang memakai popok, dengan luka dan luka yang sedang dirawat di rumah sakit.
Sebuah gedung perkantoran dan barak di dekatnya hancur, dan 25 rumah di dekatnya juga rusak.
Perdana Menteri Hun Manet mengatakan keluarga korban yang tewas masing-masing akan menerima sekitar USD20.000, sementara tentara yang terluka akan menerima USD5.000.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News