Founder Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal mengatakan, tidak banyak inisiatif yang berarti dari GNB untuk penyelesaian krisis di dunia, seperti perang di Gaza, perang Ukraina, proliferasi nuklir, perubahan iklim, dan lain sebagainya.
"Kunci sukses (politik luar negeri) Indonesia adalah kemampuan membangun creative alignments (keselarasan) yang kita rancang, bangun dan kembangkan sendiri," kata Dino dalam Conference on Indonesia Foreign Policy (CIFP) di Jakarta, Sabtu, 2 Desember 2023.
Creative alignments ini, kata Dino, bukan untuk membangun blok baru, melainkan membangun keselarasan kebijakan dan sinergi yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia.
"Creative alignment jelas berbeda dari aliansi, bukan sekutu tetapi sejalan, sebaris, selaras dan sekata," katanya.
Menurut Dino, dengan creative alignment ini, politik luar negeri Indonesia tetap bebas aktif, tetap mandiri, dan tidak masuk pakta militer mana pun. "Tapi kita memanfaatkan ruang gerak untuk membangun diplomacy space yang kokoh, yang memberikan nilai tambah bagi Indonesia dan dunia," sambungnya.
Creative Alignment
Dino menambahkan, Indonesia harus bermain lincah di lini utara, selatan, timur dan barat. Hal tersebut sudah dilakukan RI dalam forum G20 dan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC)."Creative alignment dapat mencakup kerja sama diplomasi, kerja sama strategis, politik dan ekonomi, tanpa memasuki arrangement aliansi, tapi juga harus memberdayakan kemitraan yang ada," terang Dino.
Namun untuk melakukan semua itu, katanya, perlu grand strategy yang dapat merajut semua energi, langkah dan manuver di dunia internasional.
Dino mengatakan, pembentukan ASEAN merupakan salah satu hasil dari creative alignment Indonesia. "Kita menghentikan konfrontasi dengan tetangga kita, untuk mencapai suatu hasil strategis lewat kerja sama, dan membuat negara-negara ASEAN menjadi mandor di kawasan Asia Tenggara," serunya.
Dalam CIFP diundang juga para calon presiden Indonesia untuk menyampaikan pemikiran mereka mengenai politik luar negeri RI ke depannya. Namun, hanya dua calon presiden yang bisa hadir dalam kegiatan ini, yakni Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.
"Yang jelas, Presiden 2024 tidak bisa menganut nasionalisme sempit, tidak boleh in-ward looking, harus punya strategis internasional yang jelas dan harus bisa jaga kepercayaan dunia ke Indonesia," katanya.
"Juga, mereka harus memperjuangkan kepentingan nasional, tapi ikut memperkuat arsitektur kawasan dan memperbaiki tatanan dunia," pungkas Dino.
Baca juga: CIFP 2023: Capres Indonesia Harus Paham Politik Luar Negeri
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News