Demonstran Myanmar memperbuat barikade di kota Yangon pada Sabtu, 20 Maret 2021. (STR / AFP)
Demonstran Myanmar memperbuat barikade di kota Yangon pada Sabtu, 20 Maret 2021. (STR / AFP)

Korban Tewas Dekati 250, Pedemo Myanmar Tetap Turun ke Jalan

Willy Haryono • 21 Maret 2021 13:01
Yangon: Ribuan demonstran Myanmar di banyak kota di seantero negeri menyalakan lilin sejak Sabtu malam hingga Minggu dini hari, 21 Maret 2021, sebagai bentuk perlawanan terhadap kudeta militer. Para pedemo tetap melawan junta militer Myanmar meski angka korban tewas di tangan pasukan keamanan sudah mendekati angka 250.
 
Menurut catatan grup aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), setidaknya empat orang tewas di tangan pasukan keamanan Myanmar pada Sabtu kemarin. Tambahan data tersebut menjadikan total korban tewas sejauh imi mencapai 247.
 
Aksi kekerasan yang dilakukan pasukan keamanan Myanmar terhadap demonstran telah memicu kecaman luas dari dunia Barat dan juga beberapa negara tetangga. Pasukan keamanan Myanmar tetap menggunakan aksi kekerasan meski jumlah korban tewas terus bertambah dari hari ke hari.

Dilansir dari laman Asiaone, sekitar 20 aksi protes menentang kudeta digelar di seantero Myanmar sepanjang Sabtu malam. Unjuk rasa berlangsung mulai dari kota Yangon hingga ke beberapa wilayah kecil di Kachin dan Kawthaung.
 
Ratusan demonstran di kota Mandalay, termasuk sekelompok tenaga kesehatan berpakaian serba putih, berjalan beriringan sebelum terbitnya matahari. Aksi ini disebut mereka sebagai "Protes Fajar."
 
Sejumlah biksu Buddha ikut serta dalam unjuk rasa menentang junta militer Myanmar. Beberapa dari mereka membuat lilin khusus berbentuk gestur tiga jari yang selama ini digunakan sebagai simbol perlawanan.
 
Di Yangon, pasukan keamanan bergerak cepat dalam membubarkan kerumunan demonstran sepanjang Sabtu malam. "Kini mereka juga memburu kami di malam hari. Granat kejut digunakan hampir setiap saat," tulis seorang warganet Myanmar di Facebook.
 
Juru bicara junta militer Myanmar sebelumnya sempat berkata bahwa pasukan keamanan hanya menggunakan kekuatan jika memang diperlukan.
 
Kudeta militer di Myanmar terjadi pada 1 Februari lalu, yang diawali dengan penahanan sejumlah tokoh penting termasuk pemimpin de facto Aung San Suu Kyi dan Presiden Win Myint.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan