"Alasan saya keluar itu karena keamanan," kata Farid dalam konferensi pers di Jakarta.
Farid merupakan salah satu dari tiga relawan MER-C yang bertugas di Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Jalur Gaza. Ia menyaksikan serangan Israel ke kantong Palestina tersebut, hingga merusak RSI.
Sementara itu, dua rekannya, yakni Fikri Rofiul Haq dan Reza Aldilla Kurniawan, memilih tetap di Gaza guna melanjutkan kerja kemanusiaan di sana.
Farid berangkat dari bandara di Kairo pada Selasa sekitar pukul 8.30 waktu setempat dan tiba di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, pada Selasa malam sekitar pukul 24.00 WIB.
Ia menceritakan perjalanannya kembali ke tanah air, mulai dari ketika dia dan dua rekannya serta warga Gaza dievakuasi dari RS Indonesia di Gaza, sampai saat dia ditawari evakuasi ke Mesir.
Saat dievakuasi dari Jalur Gaza utara menuju Jalur Gaza selatan, Farid mengaku harus melewati pemeriksaan cukup sulit di pos keamanan yang dijaga ketat oleh Israel.
Untungnya dia dan dua rekannya berhasil melewati pos pemeriksaan itu dan selanjutnya mencari tempat perlindungan di sekolah yang berada di belakang Rumah Sakit Eropa di Khan Yunis, Jalur Gaza selatan, bersama warga Gaza lainnya.
Selama di Jalur Gaza selatan, ketiga relawan MER-C ini terus membantu warga Gaza di tempat penampungan dengan membuat program pembagian makanan bagi warga Gaza dengan bantuan yang diberikan oleh masyarakat Indonesia melalui MER-C.
Farid akhirnya ditawari dievakuasi keluar Gaza, tapi dalam tidak bisa langsung keluar dari Gaza.
"Saya tidak bisa langsung keluar dari Rafah, enggak keluar dari Jalur Gaza. Saya menunggu kurang lebih dua minggu untuk mendapat konfirmasi bahwa saya bisa keluar dari Jalur Gaza," kata Farid.
Farid mengungkapkan hingga saat ini Israel memperluas serangan ke Jalur Gaza selatan. Oleh karena itu, demi alasan keamanan, Farid memilih kembali ke Indonesia.
Baca juga: Rumah Sakit Indonesia di Gaza Rusak Parah, Tak Bisa Beroperasi Lagi
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News