Prajurit Myanmar berpatroli di Maungdaw, Rakhine. (AFP)
Prajurit Myanmar berpatroli di Maungdaw, Rakhine. (AFP)

Pemberontak Etnis Rohingya Klaim Usir Junta Myanmar dari Kota Perbatasan

Willy Haryono • 19 Mei 2024 12:32
Naypyidaw: Kelompok pemberontak bersenjata etnis Rohingya mengaku telah berhasil mengusir junta militer Myanmar dari sebuah kota di dekat perbatasan Bangladesh pada Sabtu kemarin. Jika klaim ini benar, maka menandai kemenangan terbaru pemberontak etnis Myanmar dalam melawan junta Myanmar yang telah berkuasa sejak beberapa tahun terakhir.
 
Anggota minoritas etnis Muslim Rohingya di Rakhine, yang menjadi target kekerasan mematikan militer di tahun 2017, dikabarkan menjadi korban utama pertempuran dua kubu bertikai di kota Buthidaung, tempat pemberontakan Pasukan Arakan (AA) mengeklaim telah berhasil mengusir pasukan junta.
 
Melansir dari TRT World pada Minggu, 19 Mei 2024, ada laporan yang saling bertentangan tentang siapa yang bertanggung jawab atas pembakaran di kota tersebut. Namun bentrokan sengit telah memaksa penduduk Rohingya di kota tersebut untuk melarikan diri.

Klaim yang saling bertentangan antara pemberontak dan junta belum dapat diverifikasi secara independen, dengan akses internet dan layanan telepon seluler di Rakhine sebagian besarnya terputus.
 
Khaing Thukha, juru bicara AA, mengatakan kepada The Associated Press melalui pesan singkat dari lokasi yang tidak diungkapkan bahwa kelompoknya telah menguasai Buthidaung setelah merebut semua pos militer di sana.
 
AA adalah sayap militer terlatih dan bersenjata dari gerakan etnis minoritas Rakhine, yang mencari otonomi dari pemerintah pusat Myanmar. AA juga merupakan bagian dari aliansi kelompok etnis bersenjata yang baru-baru ini merebut wilayah strategis di timur laut Myanmar di dekat perbatasan Tiongkok.

Kampanye Militer Myanmar di Rakhine

AA mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu via Telegram bahwa pertempuran masih berlangsung di pinggiran Buthidaung. Para anggota mengaku terus mengejar tentara Myanmar yang mundur.
 
Khaing Thukha mengatakan AA membantu menangani dan merawat penduduk desa yang melarikan diri dari pertempuran. Dia membantah tuduhan di media sosial bahwa AA telah membakar kota Buthidaung, yang sebagian besarnya dihuni Rohingya.
 
Rohingya telah tinggal di Myanmar selama beberapa generasi, tetapi mereka secara luas dianggap banyak orang di negara dengan mayoritas pemeluk agama Buddha tersebut sebagai "imigran ilegal dari Bangladesh." Rohingya menghadapi banyak prasangka, dan umumnya tidak diberi kewarganegaraan dan hak dasar lainnya di Myanmar.
 
Rohingya menjadi target kampanye kontra-pemberontakan brutal yang mencakup pemerkosaan dan pembunuhan yang menyebabkan sekitar 740.000 melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh saat desa mereka dibakar pasukan pemerintah di tahun 2017.
 
Ketegangan yang terus berlangsung antara etnis Buddha Rakhine dan lebih dari 600.000 Rohingya yang masih tinggal di Rakhine mencuat ketika pemerintah pada bulan Februari lalu merekrut Rohingya yang tinggal di kamp pengungsian untuk menjadi tentara. Baik paksaan maupun janji kewarganegaraan dilaporkan telah digunakan untuk membuat mereka mau bergabung.
 
Baca juga:  Perbatasan Myanmar-Thailand Memanas, Warga Pilih Selamatkan Diri
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan