Vaksin covid-19 yang dikembangkan bersama AstraZeneca dan University of Oxford. Foto: AFP
Vaksin covid-19 yang dikembangkan bersama AstraZeneca dan University of Oxford. Foto: AFP

Terobosan 2,5 Miliar Dosis Vaksin Astrazeneca-Oxford Lawan Covid-19 di Dunia

Fajar Nugraha • 07 Januari 2022 11:05
Jakarta: Setelah begitu banyak pembicaraan tentang vaksin, sulit dipercaya bahwa hanya setahun sejak Inggris menjadi negara pertama di dunia yang menyetujui vaksin covid-19 yang telah diuji dalam uji klinis besar: Pfizer–BioNTech pada 2 Desember. Kemudian, pada 30 Desember 2020, Inggris menjadi negara pertama yang menyetujui vaksin covid-19 Oxford University/AstraZeneca.
 
Satu tahun berlalu, dunia telah membuat banyak kemajuan. 2,5 miliar dosis Oxford-AstraZeneca telah digunakan di lebih dari 170 negara, termasuk 50 juta dosis di Inggris dan lebih dari 14 juta di Indonesia. Memproduksi dan mendistribusikan 2,5 miliar dosis dalam setahun berada pada kecepatan dan skala yang belum pernah dicapai dunia sebelumnya.
 
Vaksin Oxford/AstraZeneca memiliki dua keunggulan utama yaitu efektivitas dan biaya. Dalam uji klinis dunia nyata di Inggris, kemanjuran Oxford/AstraZeneca ditemukan kemungkinan sekitar 89 persen efektif dalam menghentikan penyakit covid-19 yang bergejala, menjadikannya salah satu vaksin covid-19 yang paling efektif.

Terkait biaya, karena pemerintah Inggris menginvestasikan lebih dari 88 juta Poundsterling untuk membantu penelitian, pengembangan, dan pembuatan vaksin, Inggris bernegosiasi dan setuju dengan AstraZeneca bahwa vaksin itu akan didistribusikan secara nonprofit di seluruh dunia. Oxford/AstraZeneca tidak hanya sangat efektif tapi juga jauh lebih murah daripada vaksin lain.
 
Karena itu, dua pertiga dari 2,5 miliar dosis telah diberikan ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, menyelamatkan banyak nyawa. Mungkin menjadikan vaksin Oxford/AstraZeneca sebagai satu-satunya alat terbesar yang dimiliki dunia untuk melawan pandemi. Tom Keith-Roach, Presiden AstraZeneca UK mengatakan dia "sangat bangga dengan pekerjaan yang telah kita lakukan bersama hanya dalam 12 bulan”.
 
Sekarang dunia menghadapi tantangan baru. Varian Omicron memiliki risiko lebih tinggi menginfeksi baik mereka yang telah divaksinasi dan sebelumnya terinfeksi, dan mungkin lebih menular; meskipun untungnya data yang muncul menunjukkan bahwa dalam hal rawat inap dan kematian, mungkin 50-70 persen lebih ringan daripada varian Delta.
 
Omicron telah dilaporkan di setidaknya 132 negara, dan sudah menjadi varian dominan di Afrika Selatan, AS, Inggris, sebagian Eropa. Meskipun vaksin tetap efektif melawan resiko rawat inap, terutama dengan vaksin 'penguat' ketiga, Omicron masih mengancam akan menyebabkan gelombang besar penularan secara global.
 
Inggris menanggapi ancaman ini dengan mengumumkan dukungan untuk negara-negara paling rentan di dunia sebesar 105 juta poundsterling atau sekitar Rp 2 Triliun bantuan darurat Inggris akan membantu beberapa negara yang paling membutuhkan, khususnya di Afrika, dengan mendukung langkah-langkah untuk mengurangi penularan, pengujian skala, dan meningkatkan pasokan oksigen.
 
Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid mengatakan, “Pandemi global telah menguji sistem kesehatan di seluruh dunia dan cara terbaik untuk mengatasi penyakit mengerikan ini adalah bersatu dan saling berdampingan dengan mitra internasional kami.”
 
“Dengan mendukung negara-negara dengan ilmu pengetahuan dan penelitian inovatif di Inggris tentang penyebaran varian, meningkatkan akses ke oksigen, dan meningkatkan pengujian, kami akan membantu mereka yang paling membutuhkan memetakan jalur mereka keluar dari pandemi,” ujar Javid, seperti dikutip dari keterangan tertulis Kedubes Inggris di Jakarta, yang diterima Medcom.id, Jumat 7 Januari 2022.
 
“Saya bangga bahwa kami telah mengirimkan lebih dari 30 juta vaksin ke teman-teman kami di luar negeri. Inggris, sebagai pemimpin global, membantu negara-negara lain yang paling membutuhkan. Tidak ada yang aman sampai semua orang aman,” tegasnya.
 
Sementara Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Rob Fenn menegaskan kebanggaan  bahwa 2,5 miliar dosis vaksin Oxford/AstraZeneca yang diteliti di Inggris telah diproduksi dan didistribusikan ke seluruh dunia hanya dalam satu tahun.
 
“Ini adalah pencapaian besar, dan merupakan puncak dari banyak pekerjaan oleh banyak orang. Seperti yang dikatakan Perdana Menteri Boris Johnson: ‘Perjuangan kami melawan covid-19 di Inggris dan di seluruh dunia tidak akan mungkin terjadi tanpa vaksin Oxford-AstraZeneca’,’ tutur Wakil Dubes Fern.
 
“Bagi saya, patut dicatat juga bahwa peneliti Indonesia yang belajar di Universitas Oxford telah menjadi bagian dari tim untuk mewujudkannya. Ini adalah contoh luar biasa dari inovasi Inggris, Universitas terkemuka dunia kami, dan keunggulan ilmiah – dan bagaimana kita semua perlu bekerja sama untuk mengalahkan covid-19,” pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan