Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad di rakernas Partai NasDem. Foto: Metro TV
Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad di rakernas Partai NasDem. Foto: Metro TV

Rakernas NasDem

Kriteria Pemimpin Negara di Mata Mahathir Mohamad

Marcheilla Ariesta • 17 Juni 2022 16:57
Jakarta: Pemimpin yang baik harus memiliki kepemimpinan nasional. Hal ini disampaikan mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad dalam Rakernas Partai NasDem di Jakarta.
 
"Seorang pemimpin yang terpilih untuk melaksanakan peranan serta tanggung jawab terhadap rakyat harus mencapai kedudukan sebagai kepemimpinan nasional," kata Mahathir di JCC, Jakarta, Jumat, 17 Juni 2022.
 
Hal tersebut, kata Mahathir, dapat tercapai jika pemimpin itu berkemampuan peka dengan masyarakat, memahami keresahan mereka, impian, serta harapan rakyat.

Baca: Pujian Mahathir Mohamad untuk Kepemimpinan Presiden Jokowi.
 
"Dalam lain perkataan, untuk seseorang mencapai tahap kepemimpinan nasional, ia perlu berdampingan dan memahami rakyat, dan akhirnya mempunyai empati terhadap rakyat yang mau ia perjuangkan nasib dan masa depannya," seru Mahathir.
 
Ia menambahkan, pemimpin yang mencapai kepemimpinan nasional itu harus bisa mengambil keputusan serta dasar-dasar yang merangkum mayoritas masyarakat. Tentunya, sambung Mahathir, tanpa mementingkan satu kelompok.
 
Dalam kepemimpinannya di Malaysia saat masih menjabat, Mahathir melihat kepemimpinan dalam sudut pandang kedokteran. Ia mendiagnosa 'penyakit' yang diderita rakyat, memberi pengobatan, dan keputusan yang jujur meski menyakitkan.
 
Menurutnya, begitulah kedudukan seorang pemimpin yang memegang tampuk kepemimpinan nasional. Namun, banyak pemimpin yang tidak memiliki keberanian dan hanya mencari jalan pintas yang membuat rakyat terlena.
 
Jika rakyat terlena dengan keputusan populis, tanpa sadar negara itu rusak. Dan pada akhirnya akan binasa.
 
"Ketika itu, rakyatlah yang akan membayar harga yang amat mahal," sambung dia.
 
Ia menegaskan, perlu bagi seseorang pemimpin untuk memajukan negara menjadi sebuah negeri yang stabil. Maksudnya, setelah pemilihan umum selesai, kepemimpinan terpilih harus diberi peluang untuk fokus pada pembangunan nasional dan tidak terganggu isu politik.
 
Menurut Mahathir, hal tersebut memerlukan kematangan politik dari pihak yang menang dan kalah dalam pemilu. "Demokrasi yang dipegang perlu dipahami sebagai menerima keputusan mayoritas rakyat, dan pihak yang kalah menghormati keputusab tersebut, tanpa melakukan aksi-aksi politik yang menyebabkan ketidakstabilan pada negara," tegasnya.
 
Dengan demikian, kata Mahathir, negara akan berfungsi baik dan mampu memberi tumpuan pada program-program, serta melaksanakan dasar-dasar yang boleh membawa kebaikan kepada masyarakat.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan