Beijing: Pemerintah Tiongkok mengomentari kejadian bentrokan bersenjata kelompok etnis dengan pihak junta Myanmar di wilayah perbatasan kedua negara. Beijing pada Selasa mengonfirmasi bahwa ada korban dari Tiongkok, ketika kelompok etnis bersenjata berupaya merebut pos-pos terdepan di utara Myanmar.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Wang Wenbin tidak mengatakan, apakah warga Tiongkok itu terbunuh atau terluka, atau di mana tepatnya insiden itu terjadi.
Media lokal di Myanmar melaporkan pada hari Sabtu bahwa satu orang Tiongkok tewas dan dua lainnya terluka setelah militer menembaki kota Laiza, rumah bagi markas besar kelompok etnis bersenjata Tentara Kemerdekaan Kachin.
Laporan tersebut mengatakan, satu peluru telah mendarat di sisi perbatasan Tiongkok.
Pada Selasa 7 November 2023, Wang mengatakan Beijing "menyatakan ketidakpuasan yang kuat terhadap meningkatnya konflik bersenjata dan jatuhnya korban jiwa pada personel Tiongkok".
“Tiongkok telah mengajukan protes serius kepada pihak-pihak terkait sangat memperhatikan situasi konflik di Myanmar utara,” sebut Wang, seperti dikutip AFP.
“Tiongkok sekali lagi menuntut agar semua pihak yang terlibat konflik di Myanmar utara segera melakukan gencatan senjata,” kata Wang.
“Mereka harus mengambil langkah-langkah realistis untuk mencegah terulangnya insiden yang membahayakan nyawa dan harta benda orang-orang di wilayah perbatasan Tiongkok,” tegas Wang.
Beijing, katanya, akan mengambil “langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi kehidupan dan harta benda warganya.”
Tiongkok sejak pekan lalu menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya pertempuran di dekat perbatasannya dengan Myanmar.
Diplomat senior Tiongkok Nong Rong mengunjungi negara itu dari Jumat hingga Minggu dan bertemu dengan pejabat senior junta pada akhir pekan, mendesak Myanmar untuk “bekerja sama” dalam menjaga stabilitas di perbatasan bersama mereka.
Dia juga mendesak junta untuk “dengan sungguh-sungguh memastikan keselamatan nyawa dan harta benda penduduk daerah perbatasan Tiongkok, dan mengambil langkah-langkah efektif untuk memperkuat keamanan personel, institusi, dan proyek Tiongkok di Myanmar.”
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Wang Wenbin tidak mengatakan, apakah warga Tiongkok itu terbunuh atau terluka, atau di mana tepatnya insiden itu terjadi.
Media lokal di Myanmar melaporkan pada hari Sabtu bahwa satu orang Tiongkok tewas dan dua lainnya terluka setelah militer menembaki kota Laiza, rumah bagi markas besar kelompok etnis bersenjata Tentara Kemerdekaan Kachin.
Laporan tersebut mengatakan, satu peluru telah mendarat di sisi perbatasan Tiongkok.
Pada Selasa 7 November 2023, Wang mengatakan Beijing "menyatakan ketidakpuasan yang kuat terhadap meningkatnya konflik bersenjata dan jatuhnya korban jiwa pada personel Tiongkok".
“Tiongkok telah mengajukan protes serius kepada pihak-pihak terkait sangat memperhatikan situasi konflik di Myanmar utara,” sebut Wang, seperti dikutip AFP.
“Tiongkok sekali lagi menuntut agar semua pihak yang terlibat konflik di Myanmar utara segera melakukan gencatan senjata,” kata Wang.
“Mereka harus mengambil langkah-langkah realistis untuk mencegah terulangnya insiden yang membahayakan nyawa dan harta benda orang-orang di wilayah perbatasan Tiongkok,” tegas Wang.
Beijing, katanya, akan mengambil “langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi kehidupan dan harta benda warganya.”
Tiongkok sejak pekan lalu menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya pertempuran di dekat perbatasannya dengan Myanmar.
Diplomat senior Tiongkok Nong Rong mengunjungi negara itu dari Jumat hingga Minggu dan bertemu dengan pejabat senior junta pada akhir pekan, mendesak Myanmar untuk “bekerja sama” dalam menjaga stabilitas di perbatasan bersama mereka.
Dia juga mendesak junta untuk “dengan sungguh-sungguh memastikan keselamatan nyawa dan harta benda penduduk daerah perbatasan Tiongkok, dan mengambil langkah-langkah efektif untuk memperkuat keamanan personel, institusi, dan proyek Tiongkok di Myanmar.”
Belt and Road
Sejak melancarkan serangan gabungan Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA), Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang (TNLA) dan Tentara Arakan (AA) mengatakan, mereka telah merebut puluhan pos militer di negara bagian Shan utara.
Wilayah ini merupakan rumah bagi jaringan pipa yang mengangkut minyak dan gas ke Tiongkok dan rencana pembangunan jalur kereta api senilai miliaran dolar yang merupakan bagian dari inisiatif infrastruktur Belt and Road yang dicanangkan Beijing.
Kelompok etnis bersenjata sebelumnya mengatakan mereka tidak akan membiarkan proyek-proyek yang didukung Tiongkok menjadi sasaran.
“Pejuang TNLA bertempur melawan pasukan junta untuk menguasai kota Namhkam pada Selasa,” kata juru bicara TNLA kepada AFP, tanpa memberikan rincian mengenai korban jiwa.
Sejak Sabtu, militer Myanmar belum menanggapi permintaan komentar berulang kali mengenai kemajuan pertempuran di negara bagian Shan utara.
Di pusat perdagangan Muse, sekitar 25 kilometer dari Namhkam, koneksi internet dan telepon sebagian besar terputus, kata seorang penduduk kepada AFP, yang meminta tidak disebutkan namanya karena alasan keamanan.
“Perdagangan perbatasan dihentikan sepenuhnya. Kami sudah lama kehilangan kontak dengan Namkham. Ada pertempuran di kota-kota lain dekat Muse kami,” ujar warga tersebut.
“Kami tidak tahu kapan giliran kami tiba. Masyarakat hidup dalam ketakutan,” pungkas mereka.
Wilayah ini merupakan rumah bagi jaringan pipa yang mengangkut minyak dan gas ke Tiongkok dan rencana pembangunan jalur kereta api senilai miliaran dolar yang merupakan bagian dari inisiatif infrastruktur Belt and Road yang dicanangkan Beijing.
Kelompok etnis bersenjata sebelumnya mengatakan mereka tidak akan membiarkan proyek-proyek yang didukung Tiongkok menjadi sasaran.
“Pejuang TNLA bertempur melawan pasukan junta untuk menguasai kota Namhkam pada Selasa,” kata juru bicara TNLA kepada AFP, tanpa memberikan rincian mengenai korban jiwa.
Sejak Sabtu, militer Myanmar belum menanggapi permintaan komentar berulang kali mengenai kemajuan pertempuran di negara bagian Shan utara.
Di pusat perdagangan Muse, sekitar 25 kilometer dari Namhkam, koneksi internet dan telepon sebagian besar terputus, kata seorang penduduk kepada AFP, yang meminta tidak disebutkan namanya karena alasan keamanan.
“Perdagangan perbatasan dihentikan sepenuhnya. Kami sudah lama kehilangan kontak dengan Namkham. Ada pertempuran di kota-kota lain dekat Muse kami,” ujar warga tersebut.
“Kami tidak tahu kapan giliran kami tiba. Masyarakat hidup dalam ketakutan,” pungkas mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News