Ustadzah Nuhayati Marman bersama Rabi Sheryl Nosan ikut serta dalam 1000 Abrahamic Circles Project. Foto: Medcom.id
Ustadzah Nuhayati Marman bersama Rabi Sheryl Nosan ikut serta dalam 1000 Abrahamic Circles Project. Foto: Medcom.id

Tiga Tokoh Agama Perempuan Bersatu dalam 1000 Abrahamic Circles Project

Marcheilla Ariesta • 08 Mei 2024 06:55
Jakarta: Tiga tokoh perempuan dari agama Islam, Kristen dan Yahudi akan menjalani kehidupan bersama selama tiga pekan ke depan. Mereka tergabung dalam 1000 Abrahamic Circles Project. 
 
1000 Abrahamic Circles Project merupakan upaya perdamaian antaragama internasional yang independen dan bersifat akar rumput. Dino Patti Djalal, yang adalah mantan wakil menteri luar negeri Indonesia sekaligus founder Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) juga menjadi pendiri dari proyek ini.
 
“Tujuannya untuk mempertemukan para pemimpin ‘agama Ibrahim’ dari tiga negara berbeda dalam perjalanan menuju komunitas satu sama lain,” demikian dikutip dari situs 1000circles.com.

Sudah dilakukan selama enam kali, Circles 7 ini diisi oleh para pemimpin agama perempuan. Ada Ustadzah Nurhayati Marman sebagai perwakilan Circle Islam dari Indonesia, Pendeta Juliana Buikiak Temparaja yang adalah perwakilan Circle Kristen dari Timor Leste, serta Rabbi Sheryl L Nosan, perwakilan Circle Yahudi dari Australia.
 
Tiga Tokoh Agama Perempuan Bersatu dalam 1000 Abrahamic Circles Project
 

Ketiganya akan bersama selama tiga pekan di tiga negara berbeda, dengan berbagai kegiatan yang sudah mereka tentukan. Untuk circle ke-7 ini, mengambil tema ‘Sisters Journey’.
 
Medcom.id berkesempatan untuk mengikuti perjalanan mereka dari Jakarta, Dili hingga ke Perth. Circle ke-7 dimulai pada Selasa, 7 Mei 2024.
 
“Saya sangat senang (mengikuti proyek ini) karena kita bisa bersama walaupun kita berbeda. Yang terpenting adalah sebagai perempuan, kita bisa berbagi pengalaman,” kata Pendeta Juliana kepada Medcom.id, Selasa, 7 April 2024.
 

 
Pendeta Juliana mengatakan, ini kali pertama dia bergabung dalam proyek Abrahamic. Yang menurut dia unik adalah bagaimana tiga orang asing dengan agama berbeda tinggal dalam satu rumah untuk saling memahami, tak hanya karakter dan kebiasaan, tapi juga agama masing-masing.
 
“Kita itu satu, dan dalam persatuan ini adalah tentang bagaimana kita bersama, berbagi dengan orang lain, sehingga tidak perlu ada konflik,” kata dia.
 
Pendeta Juliana berekspektasi jika akan ada keterbukaan satu sama lain. “Intinya, bagaimana kita membangun perdamaian, bukan hanya daam komunitas kita tapi juga di mana pun kita berada. Kita harus ciptakan damai,” tegasnya.


Tentang Pendeta Juliana Temparaja

Pdt Juliana Temparaja, S.Th, Th.M, merupakan salah satu tokoh Gereja Protestan Timor Timur (IPTL), yang telah mengabdi sebagai pendeta selama 23 tahun. Lahir dari keluarga sederhana di desa Bobonaro, ia merupakan anak sulung dari 12 bersaudara. 
 
Ia mempunyai kehormatan sebagai Pendeta perempuan pertama di IPTL yang memimpin struktur Sinode Gereja Protestan Timor Timur. 
 
Sepanjang karirnya, Pendeta Juliana telah banyak terlibat dalam berbagai peran kepemimpinan dan inisiatif ekumenis, termasuk menjabat sebagai Koordinator Ekumenis Wanita Timor-Leste dan sebagai anggota Komite Sentral Dewan Gereja Dunia.

Tentang Rabbi Sheryl Nosan

Rabi Sheryl Nosan, MAHL, MAJE, RJE, Hon. PhD, memulai perjalanannya di Michigan Tengah, di mana dia mempelajari nyanyian doa dan tradisi lilin Sabat. Pindah ke South California, dia mengejar pendidikan Psikologi di California University, lulus dengan pujian. 
 

Pengejaran akademisnya membawanya ke Hebrew Union College di Yerusalem dan Los Angeles, di mana ia memperoleh gelar Master ganda dalam Sastra Ibrani dan Pendidikan Yahudi.
 
Pada 1993, Rabbi Sheryl membuat sejarah sebagai salah satu dari 200 perempuan pertama di seluruh dunia yang ditahbiskan sebagai Rabbi dari kampus Hebrew Union College-Jewish Institute of Religion di New York. Pencapaian signifikan ini menandai awal karirnya yang berpengaruh dalam kepemimpinan Yahudi.
 
Saat ini, Rabbi Sheryl menjabat sebagai satu-satunya Rabbi komunitas perempuan di Australia Barat dan Wilayah Utara, di mana ia membawa kekayaan pengetahuan dan semangatnya terhadap pendidikan Yahudi untuk memperkaya komunitas dan mendorong pertumbuhan spiritual.


Tentang Ustadzah Nuhayati Marman

Ustadzah Nurhayati adalah seorang profesional berpengalaman dengan pengalaman luas dalam urusan publik, keterlibatan masyarakat, dan upaya kemanusiaan. Dengan keterampilan organisasi yang kuat dan kemampuan manajemen waktu, dia unggul dalam peran kepemimpinan dan perencanaan program.
 
Sepanjang karirnya, Ustadzah Nurhayati telah menjadi penggerak di berbagai organisasi, antara lain Nahdlatul Ulama (NU) & Majelis Ulama Indonesia (MUI), di mana ia menjabat sebagai Koordinator Proyek Hubungan Internasional & Nasional dan Duta LAZISNU. 
 
Ia juga berkontribusi sebagai dosen di Universitas NU dan mengkoordinasikan program bahasa Inggris bisnis dan pengembangan kepribadian. Keahliannya juga mencakup hubungan internasional, yang ditandai dengan masa jabatannya sebagai Program Officer di Amnesty International di Washington DC. 
 
Ustadzah Nurhayati meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Indonesia, gelar Magister Hukum (Hukum Bisnis) dari Universitas Veteran, dan Diploma Administrasi Bisnis/Sekretaris dari Politeknik Universitas Indonesia. Dedikasinya terhadap pembelajaran berkelanjutan terlihat melalui berbagai program pelatihan, termasuk kepemimpinan kemanusiaan dan hubungan masyarakat. 
 
Dia telah diakui atas kepemimpinan dan keunggulan akademisnya, menerima penghargaan seperti nominasi Tallberg/Elliason Global Leadership Prize dan Presidential Scholarship Award. Komitmennya terhadap tujuan sosial juga mencakup pekerjaan sukarela, di mana ia mengajar di berbagai lembaga pendidikan dan terlibat dalam proyek pengembangan masyarakat.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan