Lonjakan pasien covid-19 di negara itu kembali membumbung tinggi. Hal ini berakibat pada penuhnya ranjang rumah sakit untuk menampung pasien.
Varian covid-19 yang lebih menular menjadi faktor paling dasar virus ini kembali menyebar dengan cepat di sana. Rumah sakit menjadi semakin terbebani hingga tidak bisa menerima pasien tambahan.
Antrean panjang di ruang gawat darurat memaksa warga untuk berkendara dari satu rumah sakit ke yang lainnya untuk mencari pengobatan. Petugas rumah sakit menggambarkan situasi ini sebagai mimpi buruk tak berkesudahan.
"Mereka langsung mencari ke delapan rumah sakit, dan kapasitasnya penuh semua," ucap Barrera. Ia sendiri menelepon 20 pusat medis untuk mencari bantuan, namun hasilnya nihil kala itu.
Sang ayah yang merupakan pendeta, sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit lain. Namun, tiba-tiba ia pingsan setelah menderita gejala covid-19 ringan selama sekitar 10 hari.
"Seluruh rumah sakit penuh, UGD (unit gawat darurat) penuh, bahkan ada daftar tunggu untuk UGD yang penuh," tuturnya.
"Beberapa rumah sakit sudah memberitahu kami ada 40 pasien yang menunggu untuk masuk ke UGD mereka," imbuh Barrera.
Akhirnya, mereka dimasukkan ke daftar tunggu unit perawatan intensif sebuah rumah sakit swasta. "Meskipun kami tahu ICU tidak secara ajaib dapat menyelamatkannya, tapi itu menjadi upaya terbaik kami," terang Barrera.
Keluarga pasien lainnya, Laurel Flores Fantauzzo menuturkan berharap ada fasilitas kesehatan tambahan, seperti rumah sakit lapangan, kapal medis, hingga stadion.
"Kami akan membayar berapapun untuk menyelamatkan (keluarganya), tapi infrastrukturnya tidak ada. Kami butuh pertolongan," ungkapnya.
Dalam upaya memperlambat penyebaran virus dan mengurangi beban rumah sakit, pihak berwenang bulan lalu kembali menerapkan penguncian di ibu kota dan empat provinsi lainnya.
Sepekan setelah lockdown, 70 hingga 80 persen ranjang rumah sakit untuk pasien covid-19 penuh. Sementara itu, tempat tidur di ruang perawatan intensif hampir 100 persen ditempati di rumah sakit ibu kota.
"Situasi ini mengerikan, mimpi buruk yang paling buruk," kata Presiden Asosiasi Rumah Sakit Filipina, Jaime Almora, dilansir dari Bangkok Post, Jumat, 9 April 2021.
Pemerintah mendistribusikan tenda modular ke rumah sakit yang bermasalah dan mengerahkan kembali petugas kesehatan dari daerah di mana tingkat penularan virus rendah.
Fasilitas isolasi diperluas hingga mencakup sekolah dan kamar hotel untuk kasus ringan dalam upaya meringankan beban rumah sakit. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan rumah sakit mendekati "garis merah" di mana permintaan melebihi kapasitas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News