Akademisi Prof. Amitav Acharya memberikan pandangan kritisnya di acara CIFP di Mal Kota Kasablanka, Jakarta, Sabtu, 30 November 2024. (Medcom.id). (Medcom.id)
Akademisi Prof. Amitav Acharya memberikan pandangan kritisnya di acara CIFP di Mal Kota Kasablanka, Jakarta, Sabtu, 30 November 2024. (Medcom.id). (Medcom.id)

Perubahan Geopolitik Jadi Tantangan ASEAN dalam Jaga Stabilitas Kawasan

Willy Haryono • 30 November 2024 18:27
Jakarta: Tantangan yang dihadapi ASEAN dalam mempertahankan stabilitas kawasan sambil memegang prinsip non-intervensi terus bertambah seiring berubahnya geopolitik, ucap akademisi Prof. Amitav Acharya dalam diskusi bertajuk "The Uphill Struggle of ASEAN Centrality and Unity: Is ASEAN Punching Above or Below Weight?"
 
Diskusi tersebut merupakan bagian dari acara Conference of Indonesia Foreign Policy (CIFP) di Mal Kota Kasablanka, Jakarta, Sabtu, 30 November 2024.
 
Prof. Acharya menjelaskan bahwa sejak awal, ASEAN dirancang untuk menciptakan perdamaian dan stabilitas di Asia Tenggara serta melindungi kawasan dari pengaruh kekuatan besar.

“Dokumen-dokumen ASEAN mencerminkan visi untuk mencapai perdamaian, kebebasan, dan netralitas,” jelasnya.
 
Namun, perubahan geopolitik setelah Perang Dingin telah membawa tantangan baru. Ia menyoroti bagaimana ASEAN berhasil ‘menyosialisasikan’ Tiongkok dan Vietnam ke dalam komunitas regional, sebuah pencapaian penting yang menegaskan sentralitas ASEAN.  
 
Meski demikian, ia mengakui bahwa menjaga sentralitas dan netralitas ASEAN tidaklah mudah, terutama setelah jumlah anggota bertambah dari lima menjadi sepuluh. Konflik internal, seperti situasi di Myanmar, serta dinamika politik domestik di negara-negara anggota seperti Filipina dan Kamboja, semakin mempersulit tercapainya konsensus.

Arsitek Kawasan

"Politik domestik adalah dasar dari kebijakan luar negeri. Ketika politik domestik berubah, kebijakan negara juga akan berubah, dan ASEAN tidak selalu mampu mengikuti perubahan itu," tambah Prof Acharya.  
 
Dalam sesi diskusi ini, isu-isu penting seperti sengketa Laut China Selatan dan ancaman siber juga menjadi sorotan. Kedua isu ini menuntut ASEAN untuk memberikan respons yang lebih terkoordinasi, yang menurut Prof. Acharya, memerlukan pendekatan multi-engagement yaitu keterlibatan dengan berbagai kekuatan besar tanpa memihak satu pihak tertentu.  
 
Prof. Acharya menegaskan bahwa ASEAN memiliki potensi besar dengan populasi lebih dari 600 juta dan PDB lebih dari 3 triliun dolar. Namun, tantangan geopolitik yang semakin kompleks, ditambah kohesi internal yang rapuh, menuntut ASEAN untuk mengevaluasi kembali pendekatannya.
 
Sesi ini menggarisbawahi kebutuhan ASEAN untuk mendefinisikan ulang perannya sebagai arsitek kawasan yang relevan dan efektif di tengah lanskap geopolitik yang terus berubah. (Antariska)
 
Baca juga:  Menlu Sugiono Dorong Semua Negara Dukung Pandangan Kerja Sama ASEAN
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan