Tiongkok mengeklaim kedaulatan atas hampir seluruh Laut China Selatan, yang dilalui kapal dagang bernilai sekitar USD3 triliun setiap tahunnya. Malaysia, Brunei, Filipina, Taiwan, dan Vietnam memiliki beberapa klaim yang tumpang tindih.
Masalah ini diangkat pada pertemuan antara Anwar dan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Beijing pekan lalu. Anwar mengatakan, Malaysia memiliki proyek eksplorasi energi di daerah tersebut.
Bernama tidak merinci sengketa mana atau wilayah Laut China Selatan mana yang dimaksud Anwar.
"Tiongkok juga mempertaruhkan klaim atas wilayah itu. Saya katakan sebagai negara kecil yang membutuhkan sumber daya minyak dan gas, kita harus melanjutkan, tetapi jika syaratnya harus ada negosiasi, maka kita siap untuk bernegosiasi," kata Anwar, dilansir dari Channel News Asia, Senin 3 April 2023.
Tiongkok telah mempertaruhkan klaimnya atas sekitar 90 persen Laut China Selatan melalui "sembilan garis putus-putus" berbentuk U pada petanya yang dinyatakan tidak sah pada 2016 oleh putusan arbitrase internasional, yang tidak diakui oleh Beijing.
Upaya negara-negara Asia Tenggara lainnya untuk bernegosiasi dengan Tiongkok atau bersama-sama melakukan aktivitas energi gagal membuat terobosan.
Perusahaan minyak negara Malaysia Petronas mengoperasikan beberapa ladang minyak dan gas di Laut China Selatan dalam zona ekonomi eksklusif 200 mil lautnya.
Kapal Beijing dalam beberapa tahun terakhir melewati atau bertahan di dekat operasi Petronas, yang memicu protes dari Malaysia.
Pada 2021, Malaysia memanggil duta besar Tiongkok untuk menyatakan protesnya terhadap "perambahan" perairannya oleh kapal-kapal Beijing.
Pada 2020, kapal survei Negeri Tirai Bambu lainnya mengalami perselisihan selama sebulan dengan kapal eksplorasi minyak, yang dikontrak oleh Petronas, di zona ekonomi eksklusif Malaysia.
Baca juga: Tiongkok Siap Percepat Pembicaraan Laut China Selatan dengan ASEAN
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News