Rusia, Tiongkok Singapura, Thailand, dan India adalah pemasok utama yang membantu militer, laporan berjudul, 'Perdagangan Mati Miliar Dolar: Jaringan Senjata Internasional yang Mengaktifkan Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Myanmar', oleh Pelapor Khusus PBB tentang situasi hak asasi manusia di Myanmar,'" kata Tom Andrews.
“Rusia dan Tiongkok terus menjadi pemasok utama sistem senjata canggih untuk militer Myanmar, masing-masing menyumbang lebih dari USD400 juta dan USD260 juta sejak kudeta, dengan sebagian besar perdagangan berasal dari entitas milik negara,” kata Andrews dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip AFP Kamis 18 Mei 2023.
“Namun, pedagang senjata yang beroperasi di luar Singapura sangat penting untuk kelangsungan operasi pabrik senjata mematikan militer Myanmar (biasanya disebut sebagai KaPaSa),” imbuhnya.
Laporan tersebut mengungkapkan bahwa pasokan senilai USD254 juta telah dikirim dari lusinan entitas di Singapura ke militer Myanmar antara Februari 2021 dan Desember 2022, dan bank-bank Singapura telah digunakan oleh pedagang senjata.
Sekitar USD28 juta transfer senjata dari entitas yang berbasis di Thailand ke militer Myanmar juga didokumentasikan, selain entitas yang berbasis di India yang memasok senjata dan bahan terkait senilai USD51 juta ke militer sejak Februari 2021.
Andrews mendesak negara-negara anggota PBB untuk "meningkatkan dan menghentikan aliran senjata ini".
Myanmar telah dihantui oleh rangkaian kekerasan dan krisis ekonomi sejak militer menggulingkan pemerintah terpilih dan melancarkan serangan brutal untuk menumpas perbedaan pendapat pada 2021.
Kudeta militer memicu protes massal, dengan pasukan junta membunuh lebih dari 1.500 orang dalam tindakan keras terhadap perbedaan pendapat, menurut kelompok pemantau lokal Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News