Baca: Aung San Suu Kyi Divonis 4 Tahun Penjara atas Kepemilikan Walkie-Talkie
Seorang penduduk menggambarkan penembakan dan serangan udara terus-menerus di daerah itu. Loikaw adalah ibu kota Negara Bagian Kayah di Myanmar timur, yang berbatasan dengan Thailand. Wilayah ini sering mengalami pertempuran sengit antara tentara dan kelompok pemberontak yang menentang kudeta yang dilakukan junta Myanmar tahun lalu.
Sejak pekan lalu, militer melancarkan serangan udara dan menembakkan artileri di kota itu. Kondisi tersebut memaksa beberapa ribu penduduk mengungsi.
Dalam sebuah pesan di Twitter, Thomas Andrews, pelapor khusus PBB untuk hak asasi manusia di Myanmar mengatakan, “penguasa militer Min Aung Hlaing harus segera menghentikan serangan udara dan darat yang dilakukan pasukan junta di Loikaw".
“Blokade yang mencegah orang melarikan diri dari daerah itu juga harus dicabut dan bantuan kemanusiaan diizinkan masuk,” tegas Andrews, seperti dikutip AFP, Selasa 11 Januari 2022.
Seorang juru bicara junta militer tidak menjawab panggilan untuk meminta komentar. Sedangkan seorang penduduk di Loikaw mengatakan pertempuran di pinggiran kota membuat sangat sulit untuk melarikan diri.
"Saya baru saja mempersiapkan mental bahwa saya mungkin akan mati," kata warga yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena alasan keamanan.
Warga mengatakan beberapa orang dengan kendaraan atau sepeda motor berhasil keluar, tetapi banyak orang lain termasuk orang tua atau sakit tidak dapat pergi. Seorang anggota staf di Shwe Loikaw, sebuah kelompok bantuan di daerah itu, memperkirakan dua pertiga dari populasi berusaha melarikan diri.
Portal berita Myanmar Now pada akhir pekan mengutip kelompok pemberontak yang mengatakan empat warga sipil tewas di kota itu.
Dalam sebuah pernyataan, Pasukan Pertahanan Nasional Karenni (KNDF), salah satu pasukan oposisi utama di daerah itu mengatakan, anggotanya telah menembak jatuh sebuah helikopter tentara dan menewaskan sekitar 30 tentara di Loikaw. Kemudian dikatakan bahwa delapan tentara lainnya telah tewas di kota Demoso di dekatnya.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer menggulingkan pemerintah terpilih pemenang Hadiah Nobel Aung San Suu Kyi Februari lalu. Kudeta tersebut memicu protes berbulan-bulan dan tindakan keras berdarah.
Menurut perhitungan The Assistance Association for Political Prisoners (AAPP), Sejak kudeta, lebih dari 1.400 orang telah tewas dan lebih dari 11.000 ditangkap dalam upaya pasukan keamanan untuk meredam protes, menurut penghitungan oleh kelompok hak Asosiasi Bantuan Tahanan Politik.
Militer membantah jumlah korban tewas kelompok itu. Tidak ada kelompok yang mengeluarkan perkiraan yang dapat diandalkan tentang jumlah orang yang tewas dalam pertempuran antara kelompok pemberontak dan militer.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News