Menlu Retno dalam pertemuan Troika ASEAN, bahas isu Myanmar. (Kemenlu RI)
Menlu Retno dalam pertemuan Troika ASEAN, bahas isu Myanmar. (Kemenlu RI)

Indonesia Dorong 5 Hal di Troika ASEAN untuk Atasi Krisis di Myanmar

Marcheilla Ariesta • 25 Juli 2024 10:17

Jakarta: Indonesia di akhir masa jabatannya sebagai Ketua ASEAN tahun lalu berinisiatif membentuk Troika untuk implementasi lima poin konsensus (5PC) terkait Myanmar. Troika merupakan trio negara yang menjabat sebagai ketua ASEAN terdahulu, kini dan mendatang.

Adapun kali ini, pertemuan Troika dihadiri oleh Indonesia (ketua sebelumnya) - Laos (ketua saat ini) dan Malaysia (ketua mendatang).

“Troika ini dibentuk atas inisiatif Indonesia selama keketuaan kita tahun lalu di ASEAN. Pembentukan Troika ini dilakukan guna memastikan keberlanjutan atau kesinambungan upaya ASEAN agar dapat membantu Myanmar keluar dari krisis, khususnya melalui implementasi 5 Point Consensus,” ucap Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Rabu, 24 Juli 2024.

Ada lima hal yang mendesak untuk dilakukan yang disampaikan Menlu Retno dalam pertemuan tersebut. Pertama, melihat semakin memburuknya situasi di Myanmar. 

“Kondisi yang semakin memburuk di Myanmar secara langsung berdampak besar bagi upaya menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan,” ucap Retno.

Ia menyampaikan kekhawatiran Indonesia mengenai meningkatnya kejahatan lintas batas, termasuk online scam dan penyelundupan obat-obat terlarang di kawasan. Aktivitas ilegal seperti ini, katanya, sangat besar dampaknya bagi Asia Tenggara.Warga Asia Tenggara, termasuk WNI, banyak menjadi korban dari kegiatan kriminal ini.

“Kedua, mengenai meningkatnya jumlah pengungsi di Myanmar, pengungsi internal. Saya menekankan bantuan kemanusiaan untuk Myanmar perlu diperbesar, dan juga harus juga menyangkut atau termasuk diantaranya, pengungsi Rohingya. Komitmen kita untuk pengungsi Rohingya harus tetap dapat menjadi salah satu prioritas bagi ASEAN,” lanjutnya.

Retno juga menekankan pemberian dan penyaluran bantuan kemanusiaan tidak boleh dipolitisasi oleh pihak siapapun di Myanmar.

Retno mengungkapkan, hingga saat ini, baru 12 persen kebutuhan bantuan kemanusiaan dapat dipenuhi. Oleh karena itu, ia memperingatkan agar efektif pendekatan kepada negara-negara donor harus dilakukan.

“Saya juga menyampaikan agar ASEAN dapat bersinergi dan bekerja sama dengan Utusan Khusus PBB untuk Myanmar guna memastikan penyaluran bantuan yang efektif dan aman,” tegasnya.

Ketiga, Retno juga menekankan pentingnya dialog inklusif. 

“Saya sampaikan bahwa kita semua melihat sebuah fakta saat ini, para stakeholders terkait yang berada di Myanmar belum memiliki kemauan untuk melakukan dialog inklusif,” tutur Retno.

Oleh karena itu, ASEAN perlu terus mempromosikan trust dan confidence building melalui pendekatan yang berimbang dan low-key, menurutnya.

ASEAN juga harus terus membangun narasi yang konsisten sejalan dengan 5 Point Consensus guna memastikan kesatuan dan kredibilitas ASEAN, serta memperoleh dukungan internasional terhadap ASEAN dan juga terhadap 5 Point Consensus.

“Keempat, peran aktif negara tetangga dan mitra kunci harus menjadi bagian yang terintegrasi dari upaya ASEAN, termasuk didalam mengatasi berbagai dampak dari krisis di Myanmar,” lanjut dia.

“Seperti tadi saya sebutkan munculnya kejahatan lintas batas online scam, penyelundupan obat terlarang, dan lain-lain,” imbuh Retno.

Terkait hal ini, Retno menyampaikan kesiapan Indonesia untuk menjadi tuan rumah pertemuan para Utusan Khusus untuk Myanmar.

Kelima, Retno tegaskan pentingnya untuk memperkuat Troika, khususnya untuk mengimplementasikan 5 Point Consensus.

“Indonesia mengusulkan agar para Menteri menunjuk pejabat di bawah Menteri untuk menindaklanjuti pertemuan Troika ini,” pungkasnya.

Baca juga: Ancaman Senjata Nuklir jadi Perhatian Menlu Retno di Pertemuan ASEAN


 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan