Dikutip dari nzherald.co.nz, Senin, 15 Mei 2023, dengan 99 persen suara dihitung pada Senin pagi, oposisi junior Move Forward sedikit unggul atas Partai Pheu Thai, yang para pemimpinnya mengakui bahwa mereka mungkin tidak akan finis di urutan puncak.
Pemenang pemilu Thailand tidak dijamin dapat membentuk pemerintahan baru. Sesi gabungan dari 500 kursi DPR akan diadakan dengan 250 anggota Senat pada Juli mendatang untuk memilih Perdana Menteri baru. Proses tersebut secara luas dianggap tidak demokratis karena para senator ditunjuk militer, bukan dipilih.
Jumlah pemilih pada hari Minggu sekitar 39,5 juta, atau 75 persen dari pemilih terdaftar.
Partai Move Forward meraih lebih dari 24 persen suara populer untuk 400 kursi konstituen DPR Thailand, dan hampir 36 persen suara untuk kursi yang dialokasikan dalam pemungutan suara nasional terpisah untuk 100 anggota yang dipilih perwakilan proporsional.
Pheu Thai tertinggal sedikit di belakang dengan lebih dari 23 persen untuk kursi konstituen dan sekitar 27 persen untuk partai.
Penghitungan suara konstituen memberikan Move Forward 113 kursi DPR dan Pheu Thai 112, menurut Komisi Pemilihan Umum Thailand, yang tidak memberikan proyeksi untuk daftar kursi partai.
Partai Persatuan Bangsa Thailand pimpinan Prayuth Chan-ocha menempati posisi kelima dalam suara konstituen dengan hampir 9 persen suara. Tetapi partai tersebut menempati posisi ketiga dalam penghitungan preferensi partai dengan hampir 12 persen. Suara konstituennya memberi 23 kursi di DPR Thailand.
Sebelum pemungutan suara, ketiga partai dianggap sebagai yang paling mungkin memimpin pemerintahan baru. Paetongtarn Shinawatra, putri berusia 36 tahun dari mantan miliarder populis Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, telah muncul jajak pendapat untuk dipilih sebagai pemimpin negara berikutnya.
Pemimpin Move Forward, pengusaha berusia 42 tahun, Pita Limjaroenrat, sekarang tampaknya memiliki prospek.
Prayuth disalahkan atas kegagapan ekonomi Thailand, kekurangan dalam menangani pandemi Covid Covid-19 dan menggagalkan reformasi demokrasi. Citranya relatif buruk di kalangan pemilih yang lebih muda.
Hasil pemilu ini disebut pertanda baik untuk demokratisasi, kata Saowanee T. Alexander, seorang profesor di Universitas Ubon Ratchathani di timur laut Thailand.
"Orang-orang mengatakan bahwa kami menginginkan perubahan. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak dapat menerimanya lagi. Orang-orang sangat frustrasi. Mereka menginginkan perubahan, dan mereka bisa mencapainya," tutur Saowanee.
Baca juga: Panglima Militer Thailand: Janji Tak Kudeta
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News