Dalam pesan video yang diunggah hari Sabtu ini, 15 Juli 2023, Pita mengatakan bahwa dirinya akan memperbarui pencalonannya sebagai perdana menteri ketika parlemen bertemu lagi pada Rabu mendatang untuk memilih pemimpin baru. Di waktu bersamaan, ia menyadari bahwa peluangnya untuk mengamankan jabatan puncak relatif tipis.
Pemimpin berusia 42 tahun dari Partai Move Forward itu telah digagalkan partai-partai konservatif dan Senat yang ditunjuk militer dalam upaya pertamanya pada Kamis lalu, meski ia merupakan kandidat tunggal.
Pita mendesak para pendukungnya untuk membantunya dalam "misi" dan mencoba "segala cara yang mungkin dan setiap metode yang dapat dibayangkan" untuk meyakinkan para senator untuk mendukung pencalonannya dalam sidang gabungan kedua Majelis Nasional di tanggal 19 Juli.
Dikutip dari Japan Times, pesannya datang di tengah spekulasi bahwa Partai Palang Pracharath yang konservatif mungkin akan mencalonkan mantan panglima militer Prawit Wongsuwan untuk menantang Pita pekan depan, dalam sebuah langkah yang dapat mengarah pada pemerintahan minoritas yang didukung militer royalis.
Ketidakpastian politik yang berkepanjangan di Thailand telah membebani mata uang, saham, dan obligasi di ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara itu.
Pemungutan suara pada hari Kamis lalu telah merusak pilihan populer rakyat Thailand, yang memberikan kemenangan luar biasa kepada partai-partai pro-demokrasi dalam pemilihan Mei. Walau partai Move Forward milik Pita dan tujuh sekutunya memegang 312 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Thailand yang beranggotakan 500 orang, mereka kalah jumlah dalam pertemuan parlemen gabungan yang mencakup anggota Senat.
Bahkan jika Pheu Thai pada akhirnya mempertaruhkan klaim untuk membentuk pemerintah, partai yang menempati posisi kedua dalam pemilihan umum 14 Mei masih perlu mengumpulkan cukup dukungan dari Senat untuk berhasil.
Tapi Pheu Thai mungkin kurang mendapat perlawanan dari para senator konservatif karena agendanya dianggap kurang berorientasi pada reformasi dibanding Move Forward.
Hanya 13 senator yang memilih Pita pada Kamis kemarin, dengan sisanya abstain atau memberikan suara menentang atas dorongan partainya untuk mereformasi lese majeste -- aturan yang menghukum siapa pun yang mencemarkan nama baik atau menghina raja Thailand atau bangsawan lainnya.
Proposal itu menjadi bahan pertimbangan selama berjam-jam oleh anggota parlemen konservatif dan alasan mengapa mereka tidak dapat mendukung Pita.
"Jika kita telah mencoba yang terbaik di dua medan pertempuran ini, dan menjadi jelas bahwa Partai Move Forward tidak memiliki peluang untuk membentuk pemerintahan berikutnya, saya bersedia memberi Thailand kesempatan dengan membiarkan Partai Pheu Thai memimpin delapan partai koalisi," katanya dalam pesan video.
Ia menambahkan bahwa setiap anggota parlemen Move Forward akan memberikan suara untuk mendukung calon perdana menteri dari Pheu Thai ketika saatnya tiba.
"Tapi sampai hari itu, kami pasti tidak akan menyerah," tegas Pita. "Saya meminta kalian semua untuk bertarung bersama sampai akhir," pungkasnya.
Tidak jelas siapa di antara tiga kandidat perdana menteri Pheu Thai yang akan menjadi pilihan utama untuk menggantikan Pita.
Paetongtarn Shinawatra, putri bungsu mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra yang diasingkan, yang belum pernah menginjakkan kaki di negara itu sejak 2008, secara konsisten menjadi pilihan perdana menteri yang paling disukai negara itu dalam sebagian besar survei pra-pemilihan.
Mantan taipan properti Srettha Thavisin adalah kandidat terkemuka lainnya.
Baca juga: Gagal Raih Suara Cukup di Parlemen, Pita Limjaroenrat Batal Jadi PM Thailand
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News