"Kami tetap mencintai mereka," kata Vajiralongkorn saat merespons pertanyaan dari saluran televisi Channel 4. "Thailand adalah tanah kompromi," sambungnya, saat ditanya apakah pihak istana membuka ruang kompromi bagi gerakan protes.
Merespons ucapan raja, seorang pemimpin gerakan unjuk rasa di Thailand menilainya hanya sebagai kata-kata.
"Saya merasa itu hanyalah kata-kata. Kata 'kompromi' justru bertolak belakang dari apa yang sedang terjadi, seperti penggunaan tindakan kekerasan dan juga penggunaan hukum," kata Jutatip Sirikhan, salah satu pemimpin demonstran anti-pemerintah di Thailand, dilansir dari laman Asia One pada Senin, 2 November 2020.
Sejauh ini Istana Kerajaan Thailand belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai unjuk rasa anti-pemerintah, yang dimulai dengan seruan mundur terhadap Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha.
Selang beberapa pekan usai aksi unjuk rasa perdana, para pedemo mulai menyerukan adanya reformasi di keluarga kerajaan Thailand. Mereka meminta adanya transparansi dan juga pembatasan wewenang raja dalam urusan dalam negeri.
Pengunjuk rasa ingin agar seorang raja di Thailand tidak memiliki kekuasaan personel terjadi beberapa unit di jajaran militer negara. Selain itu, pedemo juga mempertanyakan transparansi dari penggunaan kekayaan istana Thailand.
Salah satu yang menjadi sorotan adalah Vajiralongkorn yang lebih sering menghabiskan waktu di Jerman. Demonstran menuduh sang raja sering menghambur-hamburkan uang di luar negeri, dan juga seolah membiarkan jajaran militer Thailand berbuat sesukanya dalam urusan dalam negeri, termasuk dalam melakukan kudeta.
Baca: Jerman Ingatkan Adanya Konsekuensi Jika Raja Thailand Melanggar Hukum
Prayuth menjadi PM pada 2014 usai militer Thailand melakukan kudeta. Sejauh ini, PM Prayuth menolak mundur dan mengaku tidak akan lari dari masalah, dan akan segera menyelesaikannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id