Menlu Retno Marsudi peringatkan ASEAN akan menghadapi tantangan besar. Foto: Dok.Kemenlu RI
Menlu Retno Marsudi peringatkan ASEAN akan menghadapi tantangan besar. Foto: Dok.Kemenlu RI

53 Tahun ASEAN, Tantangan Berat Menunggu

Fajar Nugraha • 07 Agustus 2020 17:06
Jakarta: Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) akan merayakan hari jadi ke-53 tahun pada 8 Agustus 2020. Tetapi jalan terjal menanti organisasi yang diisi 10 negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia ini.
 
Perubahan geopolitik nyata terjadi dalam komunitas internasional. Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, Korea Selatan dan Korea Utara di Semenanjung Korea, sedikit banyak bisa mempengaruhi ASEAN sebagai wilayah netral.
 
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi menegaskan peran ASEAN sebagai lokomotif dalam menjaga perdamaian kawasan.

“Selamat hari jadi ASEAN, Banyak hal telah dicapai ASEAN selama 53 tahun ini,” ujar Menlu Retno Marsudi, dalam keterangan pers virtual, di Jakarta, Jumat 7 Agustus 2020.
 
“ASEAN telah dapat berperan sebagai lokomotif dan memegang peran sentral dalam menjaga stabilitas dan perdamaian di Kawasan. Perdamaian dan stabilitas inilah yang membawa pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Tenggara lebih baik dari rata-rata pertumbuhan dunia,” imbuh Menlu Retno.
 
ASEAN juga terus memainkan peran sentralnya dalam kerja sama Indo-Pasifik melalui ASEAN Outlook on the Indo-Pacific. Namun perjalanan ASEAN tidak selalu mulus.
 
Menlu Retno mengatakan: “Ke depan tantangan yang akan dihadapi ASEAN akan lebih berat. Ditengah terjadinya rivalitas negara besar; ditengah upaya untuk mengelola pandemi covid-19; dan dampak sosial ekonominya di kawasan”.
 
Tetapi Menlu perempuan pertama Indonesia itu yakin, semua tantangan tersebut akan lebih mudah dikelola apabila: ASEAN dapat terus mempertahankan persatuannya dan dapat mempertahankan kawasan Asia Tenggara terus menjadi kawasan damai dan stabil.
 
Untuk itu di tengah situasi yang penuh tantangan ini bagi Indonesi sangat penting bagi ASEAN untuk terus menjalankan apa yang telah ditekadkan dalam Deklarasi Zone of Peace, Freedom and Neutrality (ZOPFAN) di tahun 1971.
 
“Selain itu bagi Indonesia, Treaty of Amity and Cooperation (TAC) 1976 menjadi lebih penting artinya dan penting untuk terus dihormati oleh semua negara pihak (high contracting parties),” tegas Menlu
 
TAC hingga saat ini telah diakses oleh 40 negara, termasuk Amerika Serikat, Tiongkok, India, Australia, Jepang, Korea Selatan.
 
Keberadaan ASEAN bisa menjadi contoh multilateralisme masih bisa diandalkan dalam menyelesaikan perdebatan. Di saat negara besar yang menerapkan unilateralisme dalam menghadapi konflik internasional, ‘ASEAN Way’ bisa memberikan secercah harapan dalam dinamika hubungan internasional.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan