Sedikitnya 30 anak termasuk di antara yang tewas dalam serangan di Wilayah Sagaing, kata seorang pekerja darurat di tempat kejadian dan seorang pejabat pemerintahan bayangan.
Baca: Militer Myanmar Serang Pemberontak di Desa Sagaing, 50 Orang Tewas. |
National Unity Government (NUG), yang menganggap dirinya sebagai pemerintah sejati Myanmar memperkirakan akan meningkat.
“Ini adalah kejahatan perang,” kata Byar Kyi, seorang prajurit dari unit perlawanan lokal yang membantu menemukan mayat di lokasi.
“Tempat yang mereka serang bukanlah target militer,” ujar Kyi, seperti dikutip The New York Times.
Bagian tubuh tersebar
Tim penyelamat menggambarkan pemandangan mengerikan di Desa Pazigyi di Wilayah Sagaing selatan, di mana bagian-bagian tubuh tersebar di wilayah yang luas setelah sebuah jet militer dan helikopter membom dan memberondong pertemuan yang sebagian besar warga sipil.Foto-foto dari desa yang dibagikan di media sosial menunjukkan lebih dari selusin mayat yang dibakar dan dimutilasi, sementara video menunjukkan bangunan yang hancur, sepeda motor yang terbakar, dan puing-puing berserakan di area yang luas. Tim penyelamat di tempat kejadian mengonfirmasi keaslian gambar dengan The New York Times.
Sasaran serangan yang jelas tengah dilakukan perayaan untuk menandai pembukaan kantor administrasi oleh gerakan perlawanan lokal. Hanya kerangka bangunan yang hangus yang tetap berdiri setelah serangan udara, sebuah video dan foto menunjukkan.
Militer Myanmar, yang telah memerangi kelompok etnis bersenjata untuk menguasai wilayah sejak segera setelah kemerdekaan pada 1948, memiliki sejarah panjang serangan brutal terhadap warga sipil.
Sejak kudeta, kekuatan pro-demokrasi telah bersatu dengan beberapa kelompok etnis bersenjata dalam kampanye nasional untuk menggulingkan militer dari kekuasaan. Ini menciptakan gerakan perlawanan paling terpadu yang pernah dihadapi militer.
Ketika pasukan pemberontak semakin dipersenjatai dengan lebih baik, militer telah menggandakan strateginya untuk melakukan serangan udara yang mematikan dan menyerang warga sipil, termasuk pembunuhan para biksu dan warga sipil di sebuah biara bulan lalu.
Pada Oktober, jet militer menyerang sebuah konser di Negara Bagian Kachin, menewaskan sedikitnya 80 orang. Korban tewas di antaranya musisi yang sedang tampil di atas panggung saat itu.
Sebagian besar Wilayah Sagaing di bagian barat laut Myanmar, yang berbatasan dengan India, adalah kubu pemberontak di mana pasukan darat militer kesulitan mendapatkan wilayah.
“Rezim telah meningkatkan anggaran militernya dan serangan udara meningkat,” kata Aung Myo Min, menteri hak asasi manusia National Unity Government
“Rakyat Myanmar mengirim pesan ke komunitas internasional dengan darah mereka tentang kejahatan perang brutal militer,” tegas Aung.
Pekerja darurat di tempat kejadian mengatakan bahwa setidaknya 100 orang dipastikan tewas dan lebih banyak lagi yang belum ditemukan. Aung Myo Min, yang tidak berada di tempat kejadian, mengatakan bahwa 53 mayat utuh telah ditemukan dan upaya pemulihan terus berlanjut.
LSM
Serangan di Desa Pazigyi mendorong para pembela hak asasi manusia untuk memperbaharui seruan mereka untuk melarang penjualan bahan bakar penerbangan kepada rezim tersebut.Lain lagi menurut keterangan Byar Kyi, yang adalah seorang prajurit dengan Pasukan Bawah Tanah Kyun Hla. Ini adalah sebuah kelompok bersenjata lokal, mengatakan bahwa orang yang selamat dari serangan itu mengatakan kepadanya bahwa serangan itu dilakukan oleh jet tempur dan helikopter tempur.
Rusia telah menjadi kontributor utama senjata semacam itu ke junta, meskipun perang terus berlanjut di Ukraina.
“Beberapa korban di Desa Pazigyi adalah pejuang perlawanan lokal yang datang untuk merayakannya,” kata Byar Kyi, tetapi kebanyakan adalah warga sipil.
“Ada banyak anak-anak dan perempuan di tumpukan mayat,” pungkas pernyataan itu.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News