Kepala Kerja Sama Sektor Energi Kedutaan Besar Denmark August Zachariae (kiri) dan Spesialis Komunikasi Iklim Yayasan Indonesia Cerah Arie Rostika Utami dalam Workshop Net Zero Emission 101 di kantor FPCI di Jakarta, Selasa, 28 Maret 2023.
Kepala Kerja Sama Sektor Energi Kedutaan Besar Denmark August Zachariae (kiri) dan Spesialis Komunikasi Iklim Yayasan Indonesia Cerah Arie Rostika Utami dalam Workshop Net Zero Emission 101 di kantor FPCI di Jakarta, Selasa, 28 Maret 2023.

Bumi Terus Menghangat! Matahari Pukul 08.00 Pagi Terasa Seperti 12.00 Siang

Willy Haryono • 15 April 2023 20:13
Jakarta: Belakangan ini, sebagian dari kita mungkin merasakan terik matahari pada pukul 08.00 pagi terasa begitu panas seperti pukul 12.00 siang. Hal ini mungkin dianggap remeh atau diabaikan sebagian orang, tetapi sebenarnya menyoroti masalah yang lebih besar -- perubahan iklim. Fakta bahwa kita merasakan suhu yang lebih panas di pagi hari adalah tanda tak terbantahkan bahwa Bumi terus menghangat dalam kecepatan yang mengkhawatirkan.
 
Perubahan iklim telah menjadi isu yang terus berlangsung selama beberapa dekade, namun dampaknya menjadi lebih jelas dan nyata dalam beberapa tahun terakhir. Dari naiknya permukaan air laut hingga bencana alam yang semakin sering terjadi, dampak perubahan iklim dirasakan di seluruh dunia.
 
Pembakaran bahan bakar fosil, penggundulan hutan, dan aktivitas manusia lainnya berkontribusi terhadap peningkatan gas rumah kaca, yang memerangkap panas di atmosfer Bumi dan menyebabkan suhu global meningkat.

Konsekuensi dari perubahan iklim sangat parah dan berjangkauan luas. Peristiwa cuaca ekstrem seperti angin topan, banjir, dan kekeringan menjadi lebih sering terjadi, dan berdampak buruk pada komunitas di seluruh dunia. Saat temperatur udara terus meningkat, banyak spesies tumbuhan dan hewan terancam menghadapi kepunahan, dan seluruh ekosistem berisiko runtuh.
 
The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) mengatakan bahwa dampak buruk perubahan iklim yang dirasakan kita semua saat ini tak terbantahkan lagi terjadi karena ulah manusia. Pemanasan planet Bumi yang semakin dirasakan belakangan ini merupakan sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam lebih dari 2000 tahun.
 
Bumi Terus Menghangat! Matahari Pukul 08.00 Pagi Terasa Seperti 12.00 Siang

Bumi yang Menghangat

"Suhu global dalam empat dekade terakhir terus, dan terus menghangat, dan kita belum melihat tren ini berkurang," kata August Zachariae, Kepala Kerja Sama Sektor Energi Kedutaan Besar Denmark di Jakarta, dalam Workshop Net Zero Emission 101 di kantor FPCI di Jakarta, Selasa, 28 Maret 2023.
 
Ada hubungan yang hampir linear antara emisi karbondioksida (CO2) antropogenik dan meningkatnya temperatur udara. IPCC melaporkan, temperatur permukaan global lebih tinggi 1,09 derajat Celcius pada 2011-2020 ketimbang di periode 1850-1900.
 
Meningkatnya suhu global di angka 1,09 derajat Celcius mungkin terkesan relatif kecil dan sulit dirasakan perbedaannya. Namun, kata Zacharie, saat kita melihat contoh di kehidupan nyata, dampaknya terlihat sangat, sangat nyata.
 
"Bagi kami di negara Nordik, kami melihat mencairnya lapisan es di wilayah kutub, dan hal ini berkontribusi pada meningkatnya ketinggian air laut," sebut Zachariae.
 
Arie Rostika Utami, Spesialis Komunikasi Iklim Yayasan Indonesia CERAH, mengungkapkan hal senada. Sebagian orang mungkin menganggap remeh meningkatnya suhu global di angka 1,09 derajat Celcius, dan sebagian lainnya mungkin sama sekali tidak peduli.
 
"Tapi kalau sudah terjadi banjir dan ada rumah yang tenggelam, baru bisa dibilang terasa (dampaknya)," ucapnya.
 
"Sebenarnya kalau dalam keseharian, jika kita kesulitan menduga-duga apakah hari ini akan hujan atau panas, itu juga sudah merupakan dampak yang kita rasakan langsung," tutur Arie.
 
Bumi Terus Menghangat! Matahari Pukul 08.00 Pagi Terasa Seperti 12.00 Siang

Apa yang harus kita lakukan?

Jika tren perubahan iklim seperti ini berlanjut tanpa ada penanganan serius, kita bisa menghadapi bencana peningkatan suhu global antara 3 hingga 4 derajat Celcius di akhir abad ini. Hal ini akan memiliki dampak signifikan terhadap ketahanan pangan, ketersediaan air, dan kesehatan manusia.
 
Kita harus mengambil tindakan untuk memerangi perubahan iklim. Tidak lagi cukup hanya dengan mengurangi jejak karbon atau mengandalkan sumber energi terbarukan. Kita perlu mengubah secara mendasar cara kita hidup dan bekerja, memikirkan kembali seluruh pendekatan kita terhadap sektor konsumsi dan penggunaan sumber daya.
 
Pemerintah, entitas bisnis, dan individu, semuanya memiliki peran dalam mengatasi perubahan iklim. Pemerintah dapat berinvestasi dalam sumber energi terbarukan dan menerapkan kebijakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Entitas bisnis dapat mengadopsi praktik berkelanjutan dan mengurangi limbah. Sementara kita, sebagai individu, dapat melakukan perubahan kecil dalam kehidupan sehari-hari, seperti menggunakan transportasi umum dan memulai kebiasaan mendaur ulang.
 
Sudah ada banyak tanda kemajuan positif dalam perang melawan perubahan iklim. Energi terbarukan menjadi lebih mudah diakses dan terjangkau, dan banyak negara telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca mereka, termasuk Indonesia dengan Net Zero Emission 2060.
 
Kita tidak bisa lagi mengabaikan realitas perubahan iklim. Kita harus mengambil tindakan sekarang juga untuk mengurangi dampaknya, dan memastikan masa depan yang berkelanjutan untuk diri kita sendiri dan generasi mendatang.
 
Matahari pukul 08.00 terasa begitu terik seperti pukul 12.00 siang mungkin hanya dianggap sebagai sebuah ketidaknyamanan kecil, tetapi ini merupakan pertanda masalah yang jauh lebih besar yang membutuhkan perhatian segera. Mari kita semua menjalankan peran dan kontribusi masing-masing demi mengamankan masa depan yang lebih baik.
 
Baca juga:  Jurus Indonesia Mitigasi Dampak Perubahan Iklim
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan