Demonstrasi tetap berlangsung meski puluhan pedemo dan aktivis telah ditangkap polisi dan sistem kereta metro di Bangkok dihentikan.
Kelompok pengacara untuk hak asasi manusia Thailand mengatakan bahwa sedikitnya 80 pengunjuk rasa telah ditangkap sejak Selasa pekan kemarin. Hingga saat ini, 27 dari mereka masih berada di dalam tahanan.
"Bebaskan teman kami!" teriak para pengunjuk rasa saat beraksi di tengah guyuran hujan, dilansir dari laman The Straits Times pada Senin, 19 Oktober 2020. Beberapa dari mereka membawa foto pedemo dan aktivis yang ditangkap.
"Saya tidak bisa membiarkan mahasiswa berjuang sendirian," tutur Phat, pemuda berusia 24 tahun yang baru kali ini mengikuti unjuk rasa di Bangkok.
Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha mengaku khawatir atas meningkatnya intensitas unjuk rasa. Menurut keterangan juru bicaranya, PM Prayuth ingin berbicara dengan perwakilan demonstran.
Selain di Bangkok, aksi protes anti-pemerintah juga digelar di sedikitnya 19 provinsi, termasuk Nothaburi, Chonburi, dan Khon Kaen.
Jubir Kepolisian Nasional Thailand Yingyos Thepjunmong mengingatkan para pengunjuk rasa bahwa pihaknya tidak akan mengizinkan segala bentuk aksi protes yang "menyebabkan kerusuhan."
"Kami bertekad menjaga perdamaian dan ketertiban. Untuk melakukan itu, kami terikat dengan hukum, hak asasi manusia, dan juga standar internasional," sebut jubir lainnya dari kepolisian Thailand, Kissana Phathanacharoen, dalam sebuah konferensi pers.
Tuntutan utama dalam aksi protes ini adalah mendesak reformasi pemerintah dan juga monarki Thailand. Demonstran juga meminta agar PM Prayuth segera mundur dari jabatannya.
Menurut para pengunjuk rasa, PM Prayuth telah mengatur pemilihan umum tahun lalu agar dirinya dapat tetap berkuasa pascakudeta 2014. PM Prayuth membantah tudingan tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id