Ressa, yang merupakan jurnalis sekaligus CEO dari media Rappler Filipina mengaku tidak menyangka ia meraih Nobel Perdamaian 2021. Kepada media-media di Indonesia, Ressa bercerita ia sempat tertegun dan bengong setelah dihubungi panitia.
Baca: Kritikus Pemerintah Raih Nobel, Filipina Klaim Kebebasan Pers Dijaga.
"Saat saya mendapat telepon kira-kira 2-3 jam sebelum pengumuman, saya tidak bisa menggambarkan ekspresi saya," serunya dalam bincang-bincang bersama pegiat media yang diadakan IDN Times, Kamis, 14 Oktober 2021.
Ressa mengatakan, dirinya tidak bisa berkata apa-apa, tidak tahu harus mengatakan apa, dan bagaimana menyikapinya.
Meski demikian, kata Ressa, ia mendedikasikan penghargaan ini untuk seluruh jurnalis dunia. Ia mengatakan, lewat penghargaan ini, ia berhasil memenangkan para jurnalis yang kerap dibungkam untuk bersuara.
Menurut Ressa, kemenangannya atas Nobel perdamaian ini, seperti menyatukan wartawan-wartawan di Filipina. Sebab di negaranya, jurnalis saling berkompetisi, tidak mau saling berbagi data atau informasi.
Ressa bersama teman-temannya mendirikan media yang diberi nama Rappler pada 2012. Para jurnalis ini membuat Rappler menjadi media yang mampu melawan pembungkaman terhadap kebebasan pers.
Ini lah yang membuatnya dianugerahi penghargaan Nobel Perdamaian 2021.
Kepada jurnalis di Indonesia dan seluruh dunia, Ressa berpesan untuk membangun kepercayaan saat memiliki kebenaran. Menurut dia, standar etika jurnalisme tidak berubah. Karenanya, ia meminta jurnalis untuk tidak asal dalam mengabarkan berita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
