"Di Xinjiang sama sekali tidak pernah ada seperti apa yang disebutkan oleh BBC," kata juru bicara Kedubes Tiongkok untuk Indonesia, Qiu Xinli, dalam konferensi virtual pada Selasa, 9 Februari 2021.
"Orang-orang yang diwawancarai itu hanya menyebarkan hoaks," lanjutnya.
Qiu Xinli, yang menjabat posisi Konselor Bidang Politik Kedubes Tiongkok di Jakarta, menegaskan bahwa "kamp reedukasi" di Xinjiang pada kenyataannya adalah pusat vokasi. Institusi itu disebutnya sebagai semacam sekolah dengan tujuan menghapuskan bibit-bibit terorisme dan ekstremisme agama.
Ia menyebut pendirian pusat vokasi di Xinjiang sesuai dengan semangat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam pencegahan dan penanganan terorisme serta ekstremisme.
"Pada dasarnya (pusat vokasi di Xinjiang) tidak ada bedanya dengan pusat penanganan radikalisme di Inggris atau Prancis," ungkap Qiu Xinli.
"Tiongkok adalah negara hukum, dan jaminan terhadap hak asasi manusia tertuang dalam konstitusi negara," sambungnya.
Baca: AS Desak Konsekuensi Serius Atas Pemerkosaan Perempuan Uighur di Xinjiang
Sebelumnya, jubir Kementerian Luar Negeri Tiongkok Wang Wenbin menyebutkan bahwa artikel BBC mengenai dugaan pemerkosaan massal di Xinjiang merupakan laporan palsu.
"Saya ingin mengatakan bahwa ini bukan pertama kalinya BBC membuat beberapa laporan palsu tentang Xinjiang, dan setiap kali kami selalu menyangkal klaim tersebut dan membereskan situasinya," ujar Wang.
Menurut Wang dalam beberapa tahun terakhir, lebih dari 1.200 diplomat, jurnalis, dan perwakilan kelompok agama dari lebih 100 negara telah mengunjungi Xinjiang. Mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri persatuan, harmoni, kegembiraan dan kedamaian orang-orang dari semua kelompok etnis di Xinjiang.
“Laporan tentang dugaan pelanggaran hak-hak perempuan di Xinjiang yang disebutkan tidak memiliki dasar faktual sama sekali. Seperti yang saya katakan, beberapa narasumber ternyata adalah aktor yang menyebarkan informasi palsu,” tegas Wang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News