Buku bertajuk The Unsent Condolences karya Abdul Samad Haidari. Foto: QBD
Buku bertajuk The Unsent Condolences karya Abdul Samad Haidari. Foto: QBD

The Unsent Condolences: Kumpulan Puisi Menyentuh dari Pengungsi Afghanistan di Indonesia

Medcom • 03 Desember 2024 22:29
Mantan pengungsi Afghanistan di Indonesia yang sudah mendapat penempatan permanen di Selandia Baru, Abdul Samad Haidari, telah menulis sebuah buku kumpulan puisi yang menceritakan tentang kehidupannya selama hampir sepuluh tahun dalam penantian menuju hidup baru di negara penempatan.
 
Buku bertajuk The Unsent Condolences atau Bela Sungkawa yang Tidak Tersampaikan adalah buku kumpulan puisi kedua yang Abdul terbitkan Desember 2023 melalui sebuah rumah penerbitan di Australia setelah pindah permanen ke ibu kota Selandia Baru, Wellington di awal 2023.
 
Buku pertamanya, The Red Ribbon atau Pita Merah, diterbitkan di Indonesia pada 2019. Buku tersebut didedikasikan kepada adik perempuannya, dan pita merah merujuk pada pita yang dia lepaskan dari rambut adiknya setelah sang adik tewas saat mencoba kabur dari serangan di desanya di Dahmarda, Distrik Arghandab di Provinsi Zabul Utara.

Salah satu puisinya, berjudul Quilt of Rhymes atau Selimut Sajak, yang ditulisnya pada Desember 2022 di Bogor, Abdul menceritakan bahwa buku ini lebih dari sekedar kumpulan puisi dan kata-kata, tapi merupakan bagian dari dirinya yang bagaikan "sebuah toples penuh dengan luka baru".
 
"Setiap kata adalah badai air mata, saat mulut tak mampu lagi merintih. Mereka tumpah dari kesunyian, ketika hati tak lagi mampu berduka," ungkap Abdul dalam puisi tersebut.
 
Abdul, seorang etnis Hazara dan mantan jurnalis untuk media berbahasa Inggris di Afghanistan yang sudah tidak terbit, The Daily Outlook Afghanistan dan The Daily Afghanistan Express, juga menceritakan dalam puisi itu bahwa "buku ini menjadi rangkaian kesedihanku, ribuan bela sungkawa yang tak terkirim kepada seorang ibu dengan luka-luka imbas, dan air mata yang membakar tanah yang perih – sebuah komposisi lirik tajam, bergema melawan dinding tirani, dibangun untuk menutupi lekuk-lekuk cerita, tertekan di langit-langit mulutku."
 
Ada 51 puisi dalam buku ini, termasuk puisi berjudul I am but more than a refugee atau Aku lebih dari hanya seorang pengungsi, yang menjadi puisi penutup dalam buku ini. Di puisi ini Abdul menceritakan bahwa dirinya lebih dari seorang jurnalis dan merefleksikan bahwa dirinya adalah penguasa atas kata-katanya sendiri, yang menghadirkan bobot pada suara moral dan kebenaran, dan membawa himne kejujuran dari mereka yang tak bersuara.
 
Hal ini tercermin dalam puisi yang berjudul Tell borders to be kinder atau Katakan pada perbatasan untuk lebih berbelas kasih. Di sini, Abdul kembali kepada dasarnya sebagai jurnalis dengan melaporkan kesedihan dan penderitaan yang pengungsi alami saat menaiki kapal kayu rapuh meninggalkan keluarga mereka untuk mengarungi laut melintas perbatasan berbagai negara menuju tanah baru penuh harapan, namun dengan dengan gayanya sebagai penyair.
 
Selama terdampar di Indonesia, para pencari suaka tidak bisa bekerja secara formal. Namun mereka bisa tetap produktif dengan memproduksi kerajinan tangan atau makanan yang dapat mereka jual dan menjadi sumber pendapatan mereka selama dalam penantian di Indonesia.
 
Begitu pula dengan Abdul, yang dalam penantiannya selama hampir sepuluh tahun di Indonesia, menghasilkan puluhan puisi yang ditulisnya di berbagai tempat di Indonesia dan sudah terbit menjadi dua buku, yang salah satunya terbit semasa dia menjadi pencari suaka dan diluncurkan dalam sebuah acara di pusat kebudayaan Jerman di Jakarta, Goethe Institute pada Februari 2022.
 
Selain itu, Abdul juga pernah tampil dalam dalam festival sastra Ubud Writers & Readers Festival di Bali pada 2019, menjadi pembicara di TED Talk di 2021, dan tampil secara online di Februari 2022 membacakan puisinya dalam acara Poetry at the Pub yang rutin diadakan setiap bulan di Newcastle, Australia.
 
Saat ini, Abdul sedang menulis sebuah novel, dan menjadi salah satu penerima dana hibah untuk artis dan praktisi seni di Selandia Baru, Creative Fellowship Fund 2024, dari Dewan Seni Selandia Baru.
 
Abdul meninggalkan tanah airnya untuk menyelamatkan diri dari persekusi rejim Taliban di Afghanistan terhadap kelompok etnis Hazara. Dia tiba di Indonesia tahun 2014 menggunakan jasa penyelundup manusia. Pada tahun-tahun itu, Indonesia menjadi dibanjiri gelombang pencari suaka -,kebanyakan dari Afghanistan,- yang transit di Indonesia menuju tujuan utama mereka, Australia, walaupun pemerintah Australia pada akhir 2013 mengeluarkan kebijakan untuk menolak masuk kapal laut yang berusahan masuk perairan Australia secara ilegal, yang dikenal dengan Operasi Sovereign Border.
 
Menurut data Komisariat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa Urusan Pengungsi (UNHCR) Indonesia per akhir 2023, masih ada sekitar 12.295 pengungsi dan pencari suaka di Indonesia, yang hampir separuhnya berasal dari Afganistan. Sekitar 69 persen dari total pengungsi dan pencari suaka tersebut adalah dewasa dan 29 persen anak-anak. Dari 69 persen pengungsi dewasa, 72 persen adalah pria.
 
Indonesia tidak dapat menampung secara pencari suaka dan pengungsi yang terdampar di sini karena bukan negara pihak yang menandatangani Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 1951 dan Protokol 1967 tentang Pengungsi, karenanya, tidak ada undang-undang khusus yang mengatur tentang penanganan pencari suaka dan pengungsi di Indonesia.
 
Namun untuk mengisi kekosongan hukum tersebut, Presiden Joko Widodo pada 31 Desember 2016 mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 125 Tahun 2016 tentang Penanganan Pengungsi Dari Luar Negeri yang mengatur kebijakan tentang penemuan, penampungan, pengamanan dan pengawasan keimigrasian pengungsi yang dikoordinasikan oleh menteri koordinator bidang politik, hukum, dan keamanan.
 
Siaran pers Sekretariat Kabinet RI pada 16 Januari 2017 menyebutkan Perpres ini mengatur penanganan pengungsi dilakukan berdasarkan kerja sama antara pemerintah pusat dengan PBB melalui UNHCR di Indonesia beserta organisasi-organisasi internasional lainnya di bidang migrasi atau kemanusiaan.
 

Artikel ini ditulis oleh Ismira Lutfia Tisnadibrata, penulis independen yang juga menjadi kontributor beberapa media asing.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan