"Saya harap, ada pembahasan khusus antara ASEAN dan Uni Eropa mengenai bagaimana mempromosikan identitas yang inklusif," kata Marty, Kamis, 1 Oktober 2020.
Menurutnya, inklusivitas tersebut harus terjadi di semua aspek dalam organisasi tersebut. Termasuk, imbuh dia, inklusif mengenai kesempatan ekonomi.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Marty menuturkan jika membahas identitas, maka akan berhubungan dengan yang dilakukan ASEAN di masa lalu, di mana semua warga ASEAN saling berbagi untuk masa depan kawasan.
"Saya selalu mengagumi rekan-rekan saya di ASEAN, yang bekerja keras untuk mempertahankan identitas kita," imbuhnya.
Meski demikian, kata dia, meraih identitas saat itu bukan hanya saling berbagi antar pemerintah saja, namun juga antar masyarakat. Ia menambahkan prinsip demokrasi harus dipegang untuk hal ini.
Menurutnya, mencari identitas tidak serta merta langsung dicapai dalam semalam, namun perlu proses. "Kita harus berpikir lebih untuk mencari identitas kita seperti apa, tapi, kontribusi ASEAN yang terus bertransformasi dalam keadaan dinamis ini yang membawa kita dalam satu komunitas," ujar Marty.
Ia menambahkan, penghormatan terhadap prinsip demokrasi itu juga diperlukan. Sebagai sebuah organisasi yang terdiri dari beberapa negara sangat diperlukan prinsip demokrasi.
Dengan menghormati prinsip demokrasi tersebut, kata Marty, kita otomatis juga menghormati hak asasi manusia.
"Dan satu yang harus digarisbawahi, baik itu ASEAN maupun Uni Eropa, adalah bagaimana sebagai pemerintah, kita harus membiarkan rakyat memiliki jalan mereka sendiri," kata Marty.
"Dengan begitu, masyarakat juga mencari identitas mereka yang semakin memperkuat organisasi kawasan kita," pungkasnya.