Singapura sebut vaksin Sinovac beri perlindungan rendah melawan covid-19. Foto: AFP
Singapura sebut vaksin Sinovac beri perlindungan rendah melawan covid-19. Foto: AFP

Singapura: Vaksin Sinovac Beri Perlindungan yang Lebih Rendah Terhadap Covid-19

Medcom • 16 Desember 2021 16:05
Singapura: Penelitian terbaru Pusat Nasional untuk Penyakit Menular (NCID) dan Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) menemukan, orang yang menerima dua dosis vaksin Sinovac-CoronaVac covid-19 memiliki perlindungan yang lebih rendah terhadap penyakit parah dari varian Delta.
 
Hal tersebut dibandingkan dengan mereka yang menggunakan dua dosis vaksin mRNA di Singapura. Penelitian ini didasarkan pada data lokal yang mencakup 1,25 juta orang.
 
Dilansir dari Channel News Asia, Kamis, 16 Desember 2021, NCID dan MOH mengatakan dalam rilis media pada Rabu, efektivitas dua dosis vaksin Sinovac adalah 60 persen terhadap penyakit parah.

Angkanya disebut lebih rendah daripada vaksin Pfizer-BioNTech/Comirnaty pada efektivitas 90 persen, dan suntikan Moderna pada 97 persen.
 
“Hasil ini mendukung perlunya tiga dosis vaksin Sinovac-CoronaVac sebagai seri utama untuk mendapatkan perlindungan yang lebih baik terhadap penyakit parah, yang didefinisikan sebagai membutuhkan oksigen, perawatan unit perawatan intensif (ICU), dan kematian akibat covid-19,” kata NCID dan MOH.
 
Pada Oktober,  vaksin Sinovac diketahui akan dimasukkan dalam program vaksinasi nasional Singapura sebagai suntikan tiga dosis. Mulai 1 Januari, hanya mereka yang telah menerima tiga dosis vaksin Sinovac atau Sinopharm, yang akan dianggap telah tervaksinasi penuh.
 
Pada 1 Oktober hingga 21 November, dilakukan penelitian melibatkan orang berusia 40 tahun ke atas, yang menerima dua dosis vaksin di bawah program vaksinasi nasional.
 
Dari 1,25 juta orang yang tercakup dalam penelitian ini, sejumlah 62.900 memiliki covid-19 dan 1.710 dianggap sebagai kasus parah.
 
Sebagian besar dari mereka, 73,7 persen diketahui menggunakan vaksin Pfizer-BioNTech/Comirnaty. Sementara 23,9 persen menerima suntikan Moderna dan 2,4 persen menerima vaksin Sinovac.
 
“Analisis memperhitungkan perbedaan usia, jenis kelamin, ras, jenis perumahan dan perbedaan harian dalam tingkat infeksi,” ujar NCID dan MOH.
 
NCID dan MOH merekomendasikan, mereka yang telah menerima dua dosis vaksin Sinovac mendapatkan dosis vaksin mRNA resmi sebagai dosis ketiga dari seri vaksinasi utama mereka.
 
“Jika tidak, mereka harus menyelesaikan seri utama mereka dengan dosis ketiga Sinovac-CoronaVac,” tutur mereka.
 
NCID dan MOH pun mencatat, rekomendasi tersebut didukung oleh temuan internasional.
 
“Berdasarkan data awal dari Chili, orang yang menerima vaksin Pfizer-BioNTech/Comirnaty sebagai dosis ketiga setelah dua dosis vaksin Sinovac-CoronaVac mengalami pengurangan 95 persen dalam risiko infeksi,” jelas mereka.
 
Sebaliknya, pengurangan risiko pada orang yang menerima Sinovac-CoronaVac sebagai dosis ketiga sebanyak 71 persen.
 
“Kenaikan antibodi juga diamati sekitar 27 kali lebih tinggi ketika vaksin Pfizer-BioNTech/Comirnaty diterima sebagai dosis ketiga dibandingkan dengan jika vaksin Sinovac-CoronaVac diterima,” terang mereka.
 
Pihak berwenang mengatakan, mereka akan terus memantau efektivitas vaksin mRNA dan non-mRNA, termasuk bagaimana mereka ditingkatkan dengan dosis ketiga atau dosis booster.
 
“Sementara itu, semua orang yang memenuhi syarat untuk booster mereka harus mendapatkan booster ketika ditawarkan kepada mereka,” pungkas mereka. (Nadia Ayu Soraya)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan