New Delhi: Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berbicara pada Delhi Dialogue XII pada 16 Juni 2022 di New Delhi, India. Isu Indo-Pasifik hingga defisit kepercayaan yang terjadi di antara negara-negara menjadi perhatian.
Dialog kali ini mengetengahkan tema ‘Building Bridges in Indo-Pacific’ atau ’Membangun Jembatan di Indo-Pasifik’.
“Saya sepenuhnya selaras dengan tema dialog hari ini, ‘Membangun Jembatan di Indo-Pasifik’. Kita perlu membangun jembatan di semua wilayah, termasuk di Indo-Pasifik,” sebut Menlu Retno di New Delhi, Kamis 16 Juni 2022.
“Membangun jembatan berarti mempersempit kesenjangan, mengatasi perbedaan, menghubungkan negara dan meningkatkan hubungan. Kita tidak akan bisa membangun jembatan, jika tidak ada kepercayaan satu sama lain,” ucap Menlu.
“Kita tidak akan bisa membangun jembatan jika defisit kepercayaan terus berlanjut. Oleh karena itu, satu hal yang kita perlukan sebelum kita dapat membangun jembatan adalah memelihara kepercayaan strategis untuk mengelola persaingan strategis,” tuturnya.
Menjadi pertanyaan dari Retno adalah bisakah tiap-tiap melakukan itu? Apakah memiliki komitmen untuk membangun jembatan? “Saya pikir dengan komitmen politik yang kuat, kita akan membangun jembatan itu,” tegas Menlu Retno.
Menlu perempuan pertama Indonesia itu pun menyoroti perlunya melihat Indo-Pasifik melalui lensa peluang dan bukan hanya lensa tantangan. Saat ini Indo-Pasifik penuh dengan potensi yang belum dimanfaatkan. Untuk membuka potensi tersebut dibutuhkan paradigma yang tepat, berupa paradigma kolaborasi.
Paradigma ini sangat dibutuhkan saat menghadapi banyak tantangan global dari pandemi hingga krisis pangan, energi, dan keuangan. “Sayangnya, yang kita lihat adalah sebaliknya,” ujar Menlu.
“Perang di Ukraina mengungkap defisit kepercayaan yang mendalam di antara negara-negara. Defisit kepercayaan seperti ‘virus’ yang mencegah negara-negara untuk bekerja sama. Memaksa negara-negara untuk melihat dunia dari pola pikir zero-sum dan memberanikan negara-negara untuk menganut unilateralisme,” menurutnya.
Sebelum disadari defisit kepercayaan bisa dengan mudah meningkat menjadi konflik terbuka. Indo-Pasifik di mata Menlu Retno harus sangat berhati-hati.
Bahkan menurutnya ada tanda-tanda bahwa ‘virus’ sudah ada di antara di Indo-Pasifik. Jika tidak hati-hati, Menlu menilai, apa yang terjadi di Ukraina saat ini, bisa juga terjadi di Indo-Pasifik di kemudian hari.
Dialog kali ini mengetengahkan tema ‘Building Bridges in Indo-Pacific’ atau ’Membangun Jembatan di Indo-Pasifik’.
“Saya sepenuhnya selaras dengan tema dialog hari ini, ‘Membangun Jembatan di Indo-Pasifik’. Kita perlu membangun jembatan di semua wilayah, termasuk di Indo-Pasifik,” sebut Menlu Retno di New Delhi, Kamis 16 Juni 2022.
“Membangun jembatan berarti mempersempit kesenjangan, mengatasi perbedaan, menghubungkan negara dan meningkatkan hubungan. Kita tidak akan bisa membangun jembatan, jika tidak ada kepercayaan satu sama lain,” ucap Menlu.
“Kita tidak akan bisa membangun jembatan jika defisit kepercayaan terus berlanjut. Oleh karena itu, satu hal yang kita perlukan sebelum kita dapat membangun jembatan adalah memelihara kepercayaan strategis untuk mengelola persaingan strategis,” tuturnya.
Menjadi pertanyaan dari Retno adalah bisakah tiap-tiap melakukan itu? Apakah memiliki komitmen untuk membangun jembatan? “Saya pikir dengan komitmen politik yang kuat, kita akan membangun jembatan itu,” tegas Menlu Retno.
Menlu perempuan pertama Indonesia itu pun menyoroti perlunya melihat Indo-Pasifik melalui lensa peluang dan bukan hanya lensa tantangan. Saat ini Indo-Pasifik penuh dengan potensi yang belum dimanfaatkan. Untuk membuka potensi tersebut dibutuhkan paradigma yang tepat, berupa paradigma kolaborasi.
Paradigma ini sangat dibutuhkan saat menghadapi banyak tantangan global dari pandemi hingga krisis pangan, energi, dan keuangan. “Sayangnya, yang kita lihat adalah sebaliknya,” ujar Menlu.
“Perang di Ukraina mengungkap defisit kepercayaan yang mendalam di antara negara-negara. Defisit kepercayaan seperti ‘virus’ yang mencegah negara-negara untuk bekerja sama. Memaksa negara-negara untuk melihat dunia dari pola pikir zero-sum dan memberanikan negara-negara untuk menganut unilateralisme,” menurutnya.
Sebelum disadari defisit kepercayaan bisa dengan mudah meningkat menjadi konflik terbuka. Indo-Pasifik di mata Menlu Retno harus sangat berhati-hati.
Bahkan menurutnya ada tanda-tanda bahwa ‘virus’ sudah ada di antara di Indo-Pasifik. Jika tidak hati-hati, Menlu menilai, apa yang terjadi di Ukraina saat ini, bisa juga terjadi di Indo-Pasifik di kemudian hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News