"Yang jelas, mindset diplomat kita berubah cukup signifikan," tegas Menlu Retno dalam wawancara bersama Medcom.id.
Ia menuturkan, sejak awal diplomat lebih banyak fokus di bidang politik. Namun, seiring tantangan jaman yang berubah, kini mereka juga melakukan diplomasi ekonomi.
"Setiap kali kita melakukan pertemuan bilateral, maka isu ekonomi ini semakin lama semakin menonjol. Oleh karena itu, para diplomat, mau tidak mau dipaksa untuk memahami isu ekonomi, walaupun nanti pelaksanaannya, dipimpin oleh sektoral," jelas Menlu Retno.
Diplomasi ekonomi merupakan tugas tambahan langsung dari Presiden Joko Widodo kepada para diplomat Indonesia. Tujuannya, untuk menambah peluang perdagangan dan investasi dari negara asing ke Indonesia.
Untuk hasil selama beberapa tahun terakhir, Retno mencontohkan dari sektor perdagangan. "Dari awal kita berangkat sampai sekarang, secara keseluruhan meningkat hingga 24 persen. Sementara investasi meningkat lebih dari 32 persen," tutur Retno.
Perluasan ke Pasar Non-Tradisional
Dengan meningkatnya perdagangan, katanya, para diplomat mencoba membuka akses pasar lebih banyak, salah satunya dari pasar non-tradisional.
"Jadi dalam kurun hampir 10 tahun ini, perluasan akses pasar dilakukan melalui penyelesaian 27 perjanjian perdagangan investasi. Termasuk, perluasan akses pasar, ke pasar non-tradisional, misalnya di Amerika Latin, Afrika dan Karibia," jelas Retno.
Untuk pasar non-tradisional ini, Indonesia menginisiasi hal-hal baru lewat Indonesia-Latin America and Caribean Expo (INALAC Expo), Indonesia-Africa Infrastructure Dialog (IAID), serta beberapa forum lainnya.
Retno menambahkan lewat dalam konteks ekonomi, Indonesia juga aktif melakukan diplomasi kesehatan.
"Jadi betul-betul sangat terasa (hasilnya) dari diplomasi ekonomi ini. Karena kita tahu, diplomasi adalah salah satu alat untuk memperjuangkan kepentingan ekonomi Indonesia," pungkas Retno.
Baca juga: Pasar Ekspor Non-Tradisional dalam MoU Diplomasi Ekonomi Kemenlu-Kemenkeu
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News