Jokowi dan Merkel membahas berbagai isu, yang dua di antaranya adalah ketegangan terkait kudeta di Myanmar dan dampak perubahan iklim terhadap kehidupan masyarakat global.
Berdasarkan keterangan tertulis dari Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden, kedua pemimpin saling bertukar pikiran mengenai isu Myanmar. Sejauh ini, bentrokan antara demonstran anti-kudeta dan pasukan keamanan Myanmar telah menewaskan lebih dari 700 orang.
Bentrokan meletus sejak terjadinya kudeta di Myanmar pada 1 Februari lalu. Kudeta kala itu diawali dengan penahanan sejumlah tokoh penting Myanmar, termasuk pemimpin de facto Aung San Suu Kyi dan Presiden Win Myint.
Merespons situasi terkini di Myanmar, Jokowi menyampaikan sikap Indonesia sangat jelas dari sejak awal, yaitu meminta dihentikannya penggunaan kekerasan dan mendorong dilakukannya dialog antar pihak-pihak berseteru.
"Dialog di antara mereka diharapkan dapat segera dilakukan, untuk mengembalikan demokrasi, stabilitas dan perdamaian di Myanmar," tambah Presiden.
RI juga telah mengusulkan dilakukannya KTT ASEAN guna membahas isu Myanmar dan saat ini persiapan KTT sedang terus dilakukan.
Mengenai perubahan iklim, Jokowi dan Merkel juga berkomitmen untuk terus mendorong upaya pengurangan emisi sesuai komitmen yang telah disampaikan masing-masing negara.
"Indonesia memiliki komitmen tinggi untuk melakukan pembangunan hijau," kata Jokowi. Salah satu contoh adalah upaya yang terus dikembangkan baik restorasi hutan mangrove maupun upaya pembangunan energi secara berkelanjutan.
Jerman adalah salah satu mitra terpenting Indonesia di Eropa. Indonesia telah memiliki kemitraan komprehensif sejak tahun 2012. Jerman merupakan mitra dagang terbesar Indonesia di Eropa, mitra investasi terbesar ke-4 di Eropa dan wisatawan Jerman merupakan ke-3 terbesar dari Eropa.
Baca: Merkel Ingin Indonesia Jadi Mitra Utama Transformasi Digital
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News