Macron dikecam sejumlah pihak terkait karikatur Nabi Muhammad buatan majalah Charlie Hebdo, yang juga berkaitan dengan pemenggalan seorang guru oleh pengungsi Chechnya di Paris.
Dilansir dari laman The Straits Times, Kepolisian Bangladesh mengestimasi lebih dari 40 ribu orang mengikuti aksi protes mengecam Macron yang digelar sebuah partai Islam.
Jajaran kepolisian berhasil mencegah gerakan massa agar tidak terlalu dekat dengan gedung kedutaan besar Prancis di Dhaka.
Abul Hassan, seorang aparat dari kantor polisi Gulshan, mengonfirmasi kepada media Business Standard bahwa "banyak orang berkumpul di sekitar area kedutaan (Prancis)."
"Polisi memperketat langkah-langkah pengamanan di sekitar area Gulshan," sambungnya.
Dalam beberapa hari terakhir, seruan memboikot produk-produk Prancis menyeruak di negara-negara mayoritas Muslim. Sejumlah pihak geram terhadap pernyataan Macron yang tidak mengecam kartun Nabi Muhammad dan justru membelanya atas nama "kebebasan berekspresi."
Kementerian Luar Negeri Prancis menegaskan, seruan boikot "tidak berdasar" dan hanya disuarakan oleh "sekelompok kecil minoritas radikal."
Merespons seruan boikot, Macron memperkuat posisinya dalam mempertahankan nilai-nilai kebebasan di Prancis. "Kami tidak akan pernah menyerah," tulis Macron di Twitter.
Pemimpin politik di Turki dan Pakistan bersama-sama mengecam Macron. Kedua negara menuduh Macron tidak menghormati "kebebasan beragama" dan mengganggu kehidupan jutaan Muslim di Prancis.
"Jangan pernah mengapresiasi dan membeli barang-barang berlabel Prancis," kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dari Ankara.
Baca: Erdogan Kembali Serukan Boikot Produk-Produk Prancis
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News